Bersama waktu, telah banyak pengalaman
yang ku lalui, dengan iringan air mata aku telah menghilangkan haus ku yang
berganti dengan lapar, ku makan setiap ingatan kecil hingga bertemu karang
besar yang menutupi perjalananku selama menyandang waktu.
-------------------------------------------------------------
kau dan anggrek
ketika kau
berlalu di depan halaman rumahku
angrek itu
menjadi layu
aku sempat
bertanya pada bintang
ketika malam
datang
ia enggan
menjawab
mlah memintaku
mennykannya pada bulan
bulan marah, ia
memerah
di pagi hari
aku beranikan
diri bertanya pada awan
ia kelam,
menghitam
hingga petir
yang menjawabnya
saat itu kau
tetap menatapi anggerkku
sepeninggalanku
siang itu
kau dan
angrekku telah lalu
Kambang,
17.02.2012: 19.30
-------------------------------------------------------------
muara kasih
satu titik dari
setiap muara telah ku satukan
bukankah itu
yang kau ingin kan?
berhentilah
menyanyi di tengah kemarau panjang ini
bukankah itu
hak yang tidak ku inginkan?
aku sadar
antara air dan api itu sulit
tapi tidak
sesulit itu untuk mu
-------------------------------------------------------------
ditengah malam
yang mulai usang, aku menjadi saksi atas kemarahanmu…
kau berdiri
dari balik bambu bersama dinginnya malam yang telah menerpa kulitku..
aku katakan
cemburu pada pemanah yang durjana
seuntai kata
yang kau kirim bersama kilat yang berlalu, talah mampu membunuh benih cintaku.
jangan lagi kau
usap permata dalam kilaunya mutiara di dasar laut, karang ingin pula punya
waktu bersama asinnya hidup, bukan dengan angkuhmu yang tutup mata dalam cerita
cangkang yang telah kau biarkn menjadi sepi..
-----------------------------------------------------------------
pernahkah kau bertanya pada gelap
menapa terkadang ia menyimpan rasa takut?
atau kepada darah, yang menjadi perihnya luka?
bukankah aku
hanya sebingkai gambar yang baru saja kau pandang?
mengpa harus aku yang membuat kau terang dalam gelap
dan membawakan perih menjauhkan lukamu?
sedangkan aku telah terluka oleh gelap
pada malam-malam yang beralu
pernah berdarah pada luka yang kini pun masih membekas
-----------------------------------------------------------------
sengaja ku buka tirai pada jendela hati ku untukmu..
karena keberanian sinarmu
yang telah menyelundup memasuki ruang hatiku
salah bila aku diam
tanpa menjawab tanyamu
yang seakan meragu
dipersendagurauan kita?
bila mana kau adalah mentariku,
akan ku izinkan kau menaruh cahaya itu secara terbuka
bahkan
akan ku pantulkan pula
pada seluruh putaran rumahku
bila kau berkenan
dan serius dengan hatimu
karna aku
orang yang pernah terluka oleh masa lalu
sulit untuk bisamembua hati seperti dulu
kambang,
26 januari 2012
--------------------------------------------
Jingga Di Suatu Senja
aku titip rindu senja itu
diujung ranting agar
diterpa angin senja
air mata ku menjadi jingga
jingga yang jatuh di suatu
senja
jingga yang kau titip pada
angin
kering, dengan cerita kita
bersama keringnya jingga
aku menunggumu bersama
rindu
hingga tetesan jingga di
suatu sore
aku keringkan dengan
titipanmu
-----------------------------------------------------------------
kambang, 26 Januari 2012
Musim Pembual
gugur sudah dedaunan di
musim gugur
dingin yang membekukan
hati di musin dingin
bahkan, mandi keringat di
musim panas
aku tapaki………..
aku lalui……………………
aku tempuh……………………….
musim yang berganti
selalu memperkuat rasaku
padamu
dalam dingi, bermandikan
keringat dan berjatuhan rindu
aku terkapar dengan mimpi
memeluk rindu untukmu
-----------------------------------------------------------------
langkah
jalan setapak di penghujung senja
ku jajaki dengan wajah memerah
ada luka yang belum sempat ku obati
bekas robek pada kerikil lalu
rumpu yang ku injak masih malu
bertemu ku untuk sekian kalinya
ilalang tak mau berdamai dengan ku
pondok usang inilah yang selalu menemaniku
membiarkan ku merajut mimpi
dalam kesunyiannya dalam malam
-----------------------------------------------------------------
ingin pulang atau kembali
ke masa itu?
tetes hujan di penghabisan
malam
saat kit asaling mengukir
janji
pulangkan aku, terikmu
membuyarkan senyumku
tamparan bertanya, kenpa
kau lepas aku?
aku terdiam
ku hanya ingin satu hal
jangan pulangkan dia
aku hanya ingin ditemani
menjelang subuh datang
20.10.2011_23.16
------------------------------------------------------------------
Berapa tahun kita ingin terdiam seperti ini lagi?, bukankah
usaha telah berlalu seiring doa yang setiap kalinya nafas ada selalu terucap
bersama niat?.. kini apa yang akan kau tunggu jika waktu tak izinkan kita
tersenyum? Lari dari kata tidak yang semestinya harus bersamamu di tengah
pertarungan dingin itu:mimpiku:mimpimu..pudar dalam sinar pelangi.
Jendela yang tidak punya kaca, membiarkan angin masuk dengan
bebasnya.. mungin lain kali kita akan melihat kaca tanpa jendela, kala angin
tak lagi masuk seperti itu. Lampu kecil yang menerangi malam sesudah hujan
turun bersama suara petir yang menyambar, belum menghentikan tangismu, yang
tetap larut dalam suasana yang haru...
Dingin..dingin..panas, lalu kembali dingin.. suhu yang tidak stabil
dalam kemelut ku mermain cinta..
----------------------------------------------------------------
segitiga bermuda,
segitiganya para dewa
tak disangka semua yang
melaluinya
akan punah bahkan tak
tentu arah
baik dari udara, maupun
perairan
kabarnya, ada dajal di
sana
kau takut dngan semua itu?
takut ia keluar, dan
kiamat?
bersabarlah, tuhan maha
tahu
jangan kau takut seperti
itu
toh, kisah kita juga
sangatmisteri
hingga sampai detik ini
kenyataannya, bahwa kau
tak mengenaliku
-----------------------------------------------------------------
0012
panorama
berdiri di atas ketinggian
rata-rata
lagi.. lagi dan lagi
hanya memandangi suatu
bentuk
jalana yang seumpama karet
terejang
kotak kecil itu, kiranya kemukiman
-----------------------------------------------------------------
22.00_23.092011
bila waktu tidak akan
menemaniku untuk melakukan suatu pilihan, izinkanlah waktu untuk sejenak.. singgah.
meski ada luka disaat aku tak mampu berbuat apa-apa. dering yang tak sempat
berhenti dalam takut yang ku rasakan di saat langkah kaki mulai mendekatiku..
aku mulai melupakan senyum yang pernah menyambut tangis dalam takdirku..jangan
kau tanyakan kata yang tak semestinya kau ukir dalam kebohongan mu untuk duka
yang pernah membuat ku merasakan perih…
langit itu masih kosong,
dan mengingatkanku pada tatapanmu yang pernah ku biarkan kabur dalam cahaya
yang begitu terang.. hingga hanya aku yang meneteskan airmata dalam senyum yang
mulai redup..
puing-puing dari ketegaran
yang dulu menjamah kau tutup dengan mata uangmu, kau beli harga diriku,
seumpama aku anggur merah yang dapat kau tuang dalam malammu yang kosong…
tragedi demi trageni yang
kau buat, seolah aku dan semua tentang mereka hanya file dalam, dokument
kosongmu.. kau beli hal yang tak mampu untuk ku jual dengan keterpaksaan
langkah yang mengancam..: kan ku jawab semua tanyamu dalam genggaman dendam
yang panjang..
22.16_22.092011
-----------------------------------------------------------------
buka tutup, tidak
buka buku, buka tutup buku
tutup buka, dan mulai membaca
tutp buku:buku tutup diam
dan baca…. mungkin tidak akan bisa
membaca dalam kondisi
menutup buku, baca buka tutup :
lembaran penuh tulisan,
akan kau biarkan lalu lalang dalam sibuknya
mungkin ia tak seindah
bunga tulip dalam jejak pagi
tapi tak ada yang tak
mungkin kau dapat jika dengannya
bagimu ia mungkin hanya
kertas yang bisa kau bakar
abu dan asabnya akan
berlalu dalam jejak malammu yang indh
tidak dan tidak dalam
ucapanku, ku bentak kau dengan keras
tttttttttttiiiiiiddddakkkkkkk:TIDAK
akan pernah begitu bagiku
-----------------------------------------------------------------
Mengenang
diam penuh makna, antara menjerit dan menangis
wajah iba, dengan mata memerah mulai bermunculan
histeris: meronta tidak terima dengan keadaan yang
terjadi
banyak dari mereka yang hilang dalam bayangan_nya
sendiri
reruntuhan itu………
darah itu………..
mayat itu…………..
tergeletak dengan rasa sakit yang terdiam:
hening, sunyi, amarah, resah, dan airmata
sore indah penuh luka jua, penuh tangis dari “bundo kanduang”
bumi minang, menuai masa pembalasannya
meski telah berlalu, darah itu masih anyir dalam ingatan
wajah-wajah itu, yang terlihat di balik pangkuan
tubuh, kepala, tangan, kaki: terpisah
nyawa bagai kapas yang diterbang angin kencang
----------------------------------------------------------- 18.08.2011_13.50
masih membekaskah cahaya lilin itu?
saat pertama kali kau padamkan tepat di hadapanku..
masih
lengkapkah ukiran disekitar lilin itu?
saat terakhirkali kau patahkan alat pengukirku, tepat
di hadapanku?
mungkin terlalu munafik, jika aku diam dalam senyummu
atau hanya berpura-pura tegar dengan senyuman yang
menyembunyikan sedihku
cahaya lilin itu mungkin padam, tidak dengan rasaku
ukiranya mungkin rusak, karena patah.. tidak dengan
rinduku
percikan api di awal pembukaan pestamu
telah mengakhiri aliran namamu di darahku
tapi tidak akan mampu menghapus cerita kita yang belum
berakhir
-----------------------------------------------------------------
13.57
riwayat
seorang petani yang mati di kebunnya sendiri
sejenak
terdengar isak yang tak begitu panjang
jalanan
masih sepi saat telah berkibarnya tanda duka
sedih
mungkin tak begitu singkat terasa
mungkin
sudah beberapa tahun itu semuaberlalu
bermula
saat pulang dan memakinya
kau
pergi dan ia bermandikan air mata
kau
mungkin tidak pernah tahu
disetiap
lantunan nafas-nafas terakhirnya
ia
tak lupa menyelipkan namamu
hingga
matanya terpejam dan ia pulang untuk selamanya
-----------------------------------------------------------------
21.08.2011_13.31
aku
hanyalah asap yang yang bisa kau lihat, untuk sekarang ini.. bukankah kau
sendiri yang telah membakar, hingga arang dan abu menjadi bekas?
kini
untuk apa kau padamkan dengan airmatamu, jika tidak akan pernah bisa menyatukan
keduanya, dan asap itu lambat laun akan habis jua..
-----------------------------------------------------------------
14.09
pernahkah
pagi mengganggumu, saat ia usai bercerita dengan sisa embun yang akan kering
olehnya? bersama sinar sang mentari yang ia bawa dari balik ranting-ranting
pohon itu…
sadarkah
kau, pada saat hujn datang dan kau lebih memilih untuk dim dari padatersenyum
menyambutnya?
kini
hujan itu telah pergi, berganti musim hingga kemarau panjang.. kau menangis,
seoah menyesal dengan lagumu yang dulu tak inginkannya hadir…
masih
bisakah airmatamu itu, membuat kegersangan berubah menjadi sejuk kemali.
sedangkan angin telah enggan menemanimu..
-----------------------------------------------------------------
14.13
laut
yang sangat luas dan tak bertepi, jika ku lihat dari sudut tempt ku berdiri,
namun saat telah ku sebrangi begitu jelas tepian menanti.. gars yang seolah
menanti angin tuk membawa ku menepi, di ruang yang kosong ternyata aku hanay
bermimpi..
-----------------------------------------------------------------
14.15
kau
boleh injak batu diatas air itu sesukamu, sepuas ingimu dalam tarian kecil di
penghuung sore.. dan bila nanti malam telah datang, cepatlah kau berhenti dan
kembali pulang.. karena keabadian yang indah itu saat semua yang tersayang
telah menantimu.. bukan saatkan melakukan inginmu yang kau anggap bahagia namun
derita mereka yang kau tinggalkan..
-----------------------------------------------------------------
14.17
pecahan
kaca itu, pecah lagi.. lagi dan lagi..
kini
ku sebut pecahan itu menjadi butiran..
aku
takut jika kembali menginjaknya, sedangkan pecahannya saja telah membuat aku
terluka.. apa lagi butirannya, kau masih ingat ?., saat hari terang seperti
ini, tiba-tiba saja gelap:dan kau memecahkan gelas yang kuletakkan di ats
meja..
saat
aku terluka oleh pecahan kaca itu…
kau
bilang:_ karena ku sayang kamu aku ingin
menerngimu, mencari alat yang bisa membuatku meliat wajahmu lagi”
tapi
kau tak sadar, caramu telah melukaiku.. ini mungkin hanya permulaan, apakah kau
masih ingin bilang begitu, saat kau telah menyakiti hatiku?, membuatnya terluka
karena sayangmu?
-----------------------------------------------------------------
12.10”_08.12.2001
seandanya, bila aku akan
bersatu denganmu..
aku rela..
dalam kondisi terbakar
sekalipun
biarlah aku yang menjadi
abu atas kekalahan,
kau yang masih berwujud
menjadi arang
hingga saat aku telah
lenyap diterbang angin
serpihan ku masih
menyetubuhi kegelapan wujudmu
-----------------------------------------------------------------
November, dan Dia
warna senja sudah tidak
lagi meronta
pencarianmu telah terhenti
kawan
debur ombak sudah tidak
mengamuk lagi
reruntuhan itu mungkin
menyembunyikanmu
aku miris….
ingin berteriak bersama
badai: lalu
aku bersedih….
saat tepat dihari ini,
senyummu redup
toga yang menunggumu: ikut
berduka
tepat dihari ini, kau
berlalu sudah sepekan
jasadmu mengambang bersama
airmata kami
bunga tujuh rupa belum
sempat bertabur
november membuat pusaranmu
tak ada
kambang, 9 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
Langkah Kecil
rintik hujan menggemparkan
malam
gelap mengunci dalam
ketakutan
langkah demi langkah
tangis,
pekikan,
pegangan mama mulai tak
kuat
derasnya air, membunuh dan
menyeret
tubuh dan langkah kecil
mulai merapung
kambang,
09 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
kau boleh menjama tubuhku
ku tunggu kau menjamah ku
dengan gigi atau cakaranmu
kau boleh mencumbuku
ku tunggu cumbuanmu
dengan tatapan atau diammu
punguti ludahku
jilati darahku
ini arah dari luka
saat kau goreskan pilu
jauh direlung hatiku
kambang,
10 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
kau bagai seorang pemungut
sampah, yang ,membusuk di pondk kecuranganmu. kau punguti bekas luka bahkan
liur_shbtmu sendiri
-----------------------------------------------------------------
Kalian Pergi Begitu Cepat
malam itu kelabu malam
menyapa
aku tak tahu mengapa bisa
terlalu kaku
tugas ku abaikan:bersama
lelucon kawanku
pikiranku merapung bersama
rintik hujan
jiwa ku melayang bersama
dingin malam
mentari mengguncang waktu
aku bercumbu dengan mimpi
buruk
bersama malam saat
bercinta dengan ketakutan
angin membawa berita tak
sedap
seburuk warna yang lenyap
dalam pandanganku
lama aku termenung, kini
aku sendiri
ayah telah lama meredupkan
kasih
ibunda dan adindaku
menaungi jejak
menunggu ayah menjama,
bersama maut
kambang. 09 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
asap menggebu dlam
secangkir kopi
pagi itu kau telan dingin
bersama angin
dia, aku dan beberapa
tetangga
mencibir dibalik pagar
emasmu
membalik badan: menangkap
asap-itu
jelang siang: gelasmu
pecah
semua penduduk menerjang
pagarmu
langkah panjang menuju
bibir teras
anjing-anjing ikut
menerjang, bukan kau
tapi semua yang
menggantung harap padamu
----------------------------------------------------------------
air mata dan senyuman baru
air mata dan senyuman baru
yang telah menunggumu:
dalam langkah yang belum
usai dengan harapan dan mimpi yang selalu datang menagih janji
do’a…. bersatu dengan
harapan dan usaha
masih belum lengkap, tanpa
air mata dan senyumanmu
air mata yang dulu keluar
untuk meratapi cintamu yang usai_
saat kau merasa sayang
yang terdalam mengenang kata manis
kini akan kau rasakan
berbeda, jika tangis singgah untuk kegagalanmu
senyuman yang dulu membut
manis raut wajahmu, terkadang sinis:kesalmu
kini akan kau rasakan
berubah, untuk semua itu..
kini senyumanmu mahal
untuk sebuah keberhasilan
kini hadirmu berbeda, dan
lebih berharga
saat hujan usai datang
merobek semua rasamu
jadikan ia pedih yang akan
kau kenang
dalam rintiknya: bersama
lukamu
yang akan abadi dalam
kisah dan jadi semangatmu
saat langkahmu hampir terhenti, jangan harus ada air mata
lihatkan senyumanmu, dalam rintangan yang baru akan dimulai
air mata juga tak pantas
selalu kau simpan
sehingga mencerminkn
ketegaran hati
namun seketika hancur
dalam perihmu sendiri
-----------------------------------------------------------------
aku mulai telusuri setiap
jengkal tubuhmu
setiap lekuknya membuat ku
menangis
ada gambaran yang tak
sempat ku lukis
ada selembar kata yang
belum sempat ku tulis
saat jemari berhenti
disela lehermu
aku terdiam penuh marah
darah itu anyir dan masih
segar
aku….
aku menemukanmu..
penuh luka disekujur tubuh
aku telah temukanmu dalam
gelap
yang telah membunuhmu
kambang,
11 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
dimana rasa kita
saat melukai,
kita yang sakit
saat menyakiti,
kita yang perih
saat dihina,
mengapa kita diam?
saat ditipu,
kita malah tertawa
kita, siapa yang kita kira
hanya para insan yang tak
tahu rasa
-----------------------------------------------------------------
PUJA_PUJI
puja puji para dewi
bukan puji, bukan pula
puja
hanya pada para dewi
penjaga sorga dunia
bukan dewi puja
bukan pula dewi puji
hanya…………..
dewi hati saat mataku
mulai risih saat
menatapnya
lembaran yang usang muli
ku rapikan
meski mata tak henti
menatap
saat bulan penuh, mula
dari bulan penuh kesucian
-----------------------------------------------------------------
Nyanyian malam
Senandung rindu
Bertasbihkan butiran kasih
Angin malam mengusik jiwa
Burung hantu bermainkan bunyi
Gemuruh mencekam rasa
Syahdu jangkrik merajalela
Aku terdiam dengan mimpi
Asumsi angan yang tak
pasti
-----------------------------------------------------------------
Meski indah
Memainkan mawar yang berduri
Perih dan bahkan bisa terluka
Bermain dengan kata
Tanpa belihat kodratnya sebagai apa
Maka bumi bisa remuk bahkan murka
Tingkah, canda dan tawa
Hanya sekedar warna
Bisa memudar dalm ronanya
Keras lembutnya sebuah kata
Menaungi ara yang dipadamkan asa
Takkan selamanya
Semua yang indah itu
Menjadi keindahan
Apabila lenyap di balik rasa
Maka akan menyakitkan
-----------------------------------------------------------------
Meiwa
Of or on
Mati atau hidup
Pilihan bukan?..
Semua orang ingin hidup
tentunya
Tapi, apakah semua sanggup
bertahan?..
Dalam lika-liku kehidupan
Terkadang bimbang namun
harus
Persiapkanlah diri
Sebelum melangkah bebas
Agar bisa bertahan lama
Melawan kejamnya dunia
Tanpa persiapan tentunya
Tak ada yang bisa kita
kerjakan
Jadi lah meiwa
Meiwa yang selalu bisa
bertahan
Dalam kegelapan
-----------------------------------------------------------------
ini jalankku atas janjiku
lambaian sayup-sayup angin menerpa
terlunta-lunta langkah dalam jeritan meninggalkan
malam
kerikil-kerikil tajam membawa perih, ada robekan demi
robekan yang menghambat langkah
ingin aku menjerit dalam kesedihan ini
saat tetesan darah bertemu tetesan embun pagi
rambut yang terurai telah menyapu tanah_basah…. basah…
ujungnya kotor…kotor sekali
menjelang fajar datang menyilaukan bumi.. aku ingin
melihat sekali lagi kesilauan itu
ingin melihat sela dari celah yang pernah mengusikku
samar-samar ku lihat wajah penuh air mata
menanti dengan ketidak pastianku membawa janji
luka-luka ini ku bawa menari di atas deritaku sendiri
peluh ini telah ku jadikan minuman pagiku
ku kuatkan sendi-sendi kakiku untuk bergerak: ku
tinggalkan pedih bersama senyuman pahit ini
aku.. aku akan berlari memelukmu dengan janjiku
-----------------------------------------------------------------
Coretan Kecil Dalam Surat
_lembaran demi lembaran surat telah ku coretkan, ku
coret dengan penuh suka dan duka dalam tangisku, dalam senyumku yang
perih, saat berselimut dengan rinduku
untukmu
aku tak henti
mencoret di atas kertas putih ini, hingga hari ini aku masih melakukan coretan
itu, coretan-coretankecilku: dalam sunyi, untuk kesekian kalinya aku melakukan
coretan ini, untuk kesekian kalinya ku lakukan: dalam sunyi,
saat aku berada dalam dinginnya malam_ dalam panasnya
terik matahari di kejauhan aku tak henti mencoret di atas kertasku ini, entah:
sudah coretan keberapa yang ku coretkan di atas kertas
aku tak tahu
lelah dan mulai lupa akan waktuku, aku hanya sibuk dengan semua coretan ini
hingga aku terlelap dan bunyi lolongan anjing di kejauhan malam membekukan
takutku dalam kesendirian
sepi yang menemaniku dalam perjalanan ini
saat cerita-cerita kecilku belum usai rasanya, hingga
dalam coretan: dengan tangan kecilku untukmu hingga esok hari bisa ku kirim
lewat angin dan akan kau baca dengan kasihmu yang tak sampai
esok bila telah usai aku mencoret kertas ini, aku akan
jadikan ini isi suratku, karena dalam coretan ini aku akan mengadu padamu
dengan cerita dari derita sepiku tanpa
kehadiranmu
saat semuanya masih bisa mengadu dengan tersenyum aku
hanya bisa menangis mengadu di depan nisanmu
untuk kesekian kalinya hingga kini aku telah dewasa_
aku tak tahu harus meminta maaf pada siapa
bila besok bekas senja masih membuatku berada di
sisimu, kan ku putus pelita dalam gersangnya tawa yang selama ini ku jadikan
penghibur hati….._
-----------------------------------------------------------------
aku merasakan lemah
dengan ketidak berdayaan
yang sekarang telah
bersembunyi
jauh di dalam celah sepi
ku
aku merasa luput dalam
dusta
yang tak pernah bisa
mengungkap
semua inginku dalam tanya
sepiku telah hiraukan
airmata yang menumpuk
dalam luka
-----------------------------------------------------------------
Sederhana untuk bahagia
biarlah semua berlalu
mengiringi cerita yang
tabu
ini kami apa adanya
bukan sesempurna mereka
saat bergelut dalam
sandiwara
kisah kami belum usai
namun cerita mereka telah
berakhir
kami menang begini adanya
namun bukan akan selalu begini
saja
sederhana yang kami punya
akan bawa kami pada
bahagia
-----------------------------------------------------------------
masih ingatkah kamu
air mata ynag jatuh
masih ku ukir senyum
untukmu
kesal yang tak berarah
masih ku berkata rindu
untukmu
kau yang mengisi relung
hatiku
namun kau pula yang patahkannya
saat darahku mengalir
membawa nama mu
kau pula yang hentikan
-----------------------------------------------------------------
lepas
semua pintaku terkabul
semua tanyaku terjawab
semua resahku tertinggal
semuanya….
semua untuk kata
semua untuk rasa
semua untuk segalanya
-----------------------------------------------------------------
Warna rasaku
saat waktu mengiringi
langkah ku
aku diterpa angin malam
yang dingin
tanah yang berbatu menjadi
pijakanku
terlihat sedikit
samar-samar
seolah batu-batu itu
terukir
indah dibalut nuansa hijau
perbukitan
lembaran demi lembaran
cerita
mulai ku buka dengan semua
rasa
aku bahagia
aku tertawa
aku terdiam
aku pun sedih
aku juga sangat lega
semua rasa ini menggebu di
hati
-----------------------------------------------------------------
17.10.2011_padang
Ujung Sesal
pada masanya yang tak
berarti
ada kalanya musim akan
berganti
dalam dim telah ada niat
meresakan dendam dibalik
sesal hati
pura-pura diam telah
berlalu
pura-pura tegar telah
menghilang
jalanku pupus dibalik
ujung sesal
berhenti dipersimpangan
hati yang mati
menunda waktu untuk makna
yang sebenarnya
diujung sesal ku berhenti
menyapa
dalam tangis yang belum usai
ku sesalkan
-----------------------------------------------------------------
Hendak Mengapa
kita akan kemana:
ke mesjid, gereja, kuil
atau pura?
hendak mengapa kita:
diam, berdo’a, tidur atau
menangis,
bahkan tertawakah?
“cerewet sekali ulama itu,
para pendeta,
bahkan para jemaah dan
jemaat..
pulang………..
renungkan niat, tingkah
dan langkah
-----------------------------------------------------------------
Para Pendusta
mereka hilang, mungkin
pergi,
mungkin juga telah mati
namun dimana bangkainya?
ku lengah, mungkin lupa
atau benar-benar sedang
menutupi
ah.. sudah basi semua
alasan
yang ku mau adalah kejujuran
para pendusta, kau akan
mati
bersama cerita basimu,
yang rasan
bumi tak terima bangkaimu
seperti angin tak enggan
terbangkan bau amis
darahmu
-----------------------------------------------------------------
Koin Beragam
keemasan, alumanium,
perak,
ada yang seperti besi
kapan ada yang terbuat
dari kaca
hhhaaa.. negara ini,:
jug apenuh budaya dan
bahasa
masih beragam dan kental
mungkin sekental santan
yang akan pecah dan muli
berbau
kalau tidak segera habis
digunakan
mungkin juga sekekal udara
yang selalu ada
corak, dan nilainya
berbeda: logam
kini mulai terasingkan,
digantikan kertas
yang lebih bernilai dalam
kegunaannya
-----------------------------------------------------------------
Penyaji Serba Putih
bukan aku?
“lalu siapa lagi yang akan
mengaku
tapi, kenapa harus aku…
sudah.. diam saja
semakin bersuara semakin
terkuak semuanya
-----------------------------------------------------------------
pituah ayahku
darah
ranah minang
tanah
dan air yang masih punya budaya
semarak
gemerlap mesum dipusaran
tak
ternoda alunan pituah ayah
seiring
petir menyambar,
lebih
menakutkan geram sang ayahku
saat
ia marah
-----------------------------------------------------------------
18.10.2011_padang
malam kelabu
usai dalm riak yang mennti gelombang
pada musim semi aku tidak akan berterbangan
dalm rrimba itu, akar kayu akn membunuhku
tak sekedar rsa, atau basa-basi belaka
hanya kegelapan yang membuatku
tak mampu menatap cahaymu
namun tanpa mu …
jejak ini masih mampu untuk ku cari
di malam kelabu: malamku tanpamu
-----------------------------------------------------------------
para pencibir
ha.ha.ha aku kan selalu tertawa
kapan lagi masanya, kalo bukan saat ini?
saat jemari melekat diujung waktu
saat itu pula ada juluran keji dan malu
seumpana busa: merambah, kemudian hilang
“masih ingat tentang riwayat seekor kera?”
mencibir disaat yang tak semestinya
begitulah sipencibir ini bermula
para manusia yang tak punya rasa pada sesama
-----------------------------------------------------------------
paruh baya
lenggokmu, masih seperti dulu
mata itu masih seperti itu
menatap sayu penuh makna
ku sangka kau akan usai dibalik mata itu
tapi kau masih ada, separuh baya dari ku
-----------------------------------------------------------------
akan ku biarkan kau
mengukur bayang-bayang, dalam gelapnya malam: aku hanya melihat dari balik
rantin
biarkan amarahku menjama
setiap sudut senyummu
meski lelah adalah harapan
ku yang tertunda
serta malam yang telah
berlalu adalah angin
yang kan membwa duka ku pergi
kan ku biarkan jeritan cinta berada pada
tempat semestinya
meski ada jarak antara aku
dan cinta
, di bawah sinar rembulan malam..
-----------------------------------------------------------------
seuntai tali hitam telah
kau putus
dalam ikat yang tak
bertemu ujung
aku mengutuk niat untukmu
menyumpah serapah pada
keinginanku
kau harus diam, diam
dengan tangismu
kau akan menyongsong jejak
kelammu tanpa ku
tanpa kasih ku yang
menyinari gelapmu
selamat jalan dan selamat
celaka
untukmu dan kebahagiaanmu
deritaku yang mencercamu
dalam sedih
-----------------------------------------------------------------
14.07.2011
reruntuhan yang kini hanya
tinggal puing-puing nya itu mulai merapuh dan bahkan telah menjadi bubuk-bubuk
yang bisa hilang di sentuh air, dan bisa lenyap saat mulai menyatu dengan
tanah. hidup ini di sangka ada karena menyatunya dengan kehidupan, begitu juga
rasa yang terasa indah saat kasih itu ada dalam perasaan, tidak luput juga
dengan kata cinta dan sahabat, yang tidak ada apa-apanya tanpa adanya
percintaan dan persahabatan. semua kata tanpa ada awalan dan akhiran belum bisa
dikatakan bermakna dan indah, begitu juga kehidupan yang sesunggguhnya, tanpa
bermula dari pertemuan dan perpisahan, juga tanpa ada rentetan konflik dan
benang merah sebagai penemu celah yang mulai redup, bak bianglala yang hilang
ditelan kemelut hitamnya awan dipenghujung senja yang akan menyapu
kegersangan tanah yang tanggung-tanggung
basah oleh gerimis sebelumny, maka hidup ini akan hampa….
kini langkah-langkahku
mulai gontai saat memasuki dunia yang sebenarnya, seolah tak bertemu ujung jari
ini dengan tanah yang ku pijak tanpa alas kaki yang membalutnya.
badan yang gemetar ku bawa
mengiringi kegontaian langkah, hingga ku rasa badan tak rasa badan saat ingat
janji atas hidup yang telah mulai ku ingkari..
-----------------------------------------------------------------
14.07.2011_22.58
Rakyatmu..dukamu..
masih ingat tentang
kejujuran?....
yang dulu mengalir di jiwa
kita !!
membalut hati dengan
segala kemuliannya,
saat bisikan astafirullah
masih menggema,
seketika secuil kekilafan
menghadang,
bunda kini meneteskan
airmata:
dan tanah beta mulai
tersiksa dan luka.
karena kejujuran tak lagi
membalut jiwa
bak janji yang tinggal
janji
bak
kata yang tinggal kata
kinin
kata merdeka, membuat rakyat meneteskan airmata..
-----------------------------------------------------------------
14.07.2011_23.03
Titik demi titik
Oleh: desi nurmala sari
tik….tik….tik….tik..
titik: detik kegalauan yang ku bawa
titik: detik kesakitan yang ku rasa
miris kau bawa diam tanyaku
perih kau lukai aku tanpa goresan
tidak katakan tidak
iya katakan iya
jangan kau hadang aku dengan ragumu
-----------------------------------------------------------------
14.07.2011_23.09
Siapa yang bisa
siapa bisa menyangka, dan menduga
kehangatan mentari bisa hilang seketika
keindahan purnama bisa
lenyap sekejap
tetesan embun mulai
mengering pada waktunya
bila rasaku terus kau
pertanyakan,
izinkan ku menjawab dengan
kata cinta
rindu yang selalu ku untai
memang belum sempat diterbangkan angin
tapi percayalah:, syahdu
cintaku
akan mengikat jiwamu
mejelma dalam wujudmu
selalu menjadi inginmu
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_00.47
pelita, pelita malam
penuhi sesak jagat raya
dengan teriakan merdeka
pada masanya kita inginkan
kini bila ingin telah
terpenuhi
kewajiban tinggal kata
janji mulai musnah
disambut air mata resah
pulang…..
pulang dalam malu
datang…..
datang dengan ragu
untuk apa?
jika hanya menyisakan luka
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_00.50
misteri sebuah doa,
misteri nya kata
sujudku, dalam wajib yang
nyata
mungkin juga iringan air
mata dalam do’a
banyak kesalahan yang
pernah diperbuat
banyak tingkah yang kadang
diluar batas
menyesakkan hatiku dengan
penyesalan
bulan ini, bulan suci..
bulan penuh dengan
keindahan
yang tak akan bisa
dipertanyakan
aku yang masih kotor akan
dosa
berimbah air mata dalam
do’a
sujudku belum lengkap,
tuhan ku.. ambil aku dari
gelapmu
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.13
aku bukan bayanganmu
setiap jejak kau ungkap
hadirku
tanya itu kau inginkan
jawabku
kata demi kata yang
mengusung rinduku
harapanku belum usai
jalan cinta yang dulunya
padang ilalang
simpang tabu akan rindu
aku mengikutimu bukan
untuk tanya
aku ini siapa dan inginku
apa?
ku ingin kau lepas inginmu
agar aku tak lagi jadi
bayanganmu
yang tak bisa menyentuh
sedihmu
saat air mata itu menetes
----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.34
Biarlah keheningan malam
berubah menjadi kepiluan
Terkadang embun tak lagi
menjadi kesejukan
Amarah telah membara bagaikan kobaran api
meleleh ibarat lahar
gunung api
yang turun penuh emosi,
mengejar lerengnya
aku akan tetap jadi ganbar
dalam bingkaimu
yang belum usai karena
waktu
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.14
jalanku
aku yang tahu apa yang ku
rasakan, dan betapa besarnya rasa sayang yang ku miliki ini untuk mu, namun
begitu rasa sayang yang ada untukmu belum bisa menandingi betapa besarnya kasih
dan sayang ku pada orantua ku bahkan memang tidak bisa tertandingi olehmu,
karena memang tak layal untuk diperbandingkan.
aku ada di sini, dan
bahkan bisa mengenalmu bukan semata-mata karena rasa sayang ini untukmu, tapi
jauh sebelum kutahu siapa dirimu, aku di sini karena orang tua ku, yang
memberikan segenap tanggung jawab di bahu ku yang akan selalu ku sandang hingga
kebahagian yang cerah itu datang, sampai saatnya aku bisa membahagiakan
orangtua ku dan menjadi ank yang bisa mewujudkan serpihan harapan orang tua ku
yang paling ku sayang, karena dialah aku ada di sini dengan maksud untuk
melanjutkan pendidikan dan bertujuan tuk melepas ingin yang pernah ada dalam
jiwa orang tua ku.
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.35
pelita yang tidak akan
pernah padam
tidak perlu aku diajarkan
bagaimana mengobati luka yang tidak seberapa ini, membersihkan darah yang
dulunya adalah minumanku sendiri, menjahit robekan yang dulunya selalu menjadi
kesakitan yang berkepanjangan dalam hatiku.
bila melewati terowongan
yang gelap ini kau terdiam dan kaku serta merasakan takut, maka tidak dengan
aku yang merasa ini adalah jalan teraman yang akan secepat mungkin ku lewati.
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.39
satu jiwa, sepuluh jari,
untuk sejuta harapan
bila kau menganggap ku
hanyalah sebatas seonggok debu, maka biarkan aku memperlihatkan kepadamu bahwa
di dalam oggokan itulah ada sedikit celah yang bisa menembus sukma mu bahwa aku
ini adalah serpiha, dari pecahan kaca yang kini telah menguntai
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.43
sunggung indah mentari
pagi yang baru muncul dari ersmbunyiannya itu, hadir di sela-sela ranting pohon
besar yang seolah menutupi bukit kecil dibelakangnya yang agak berubah warna
saat mentari mmuncul dari belakangnya. bunyi air terjun yang tidak jauh dari
tempat ini mulai memanjakan pendengaran. bisa nyaman di sini dengan polusi
udara yang jauh…
-----------------------------------------------------------------
15/07.2011_18.45
udara malm yang dingin
menembus kulit hingga
tulangku
tubuh ini bergetar luar
biasa
saat angin menerpa serasa
berbisik
pulanglah………
kembalilah……………
jauhi……………………………
rintisan pilu ibundaku
saat ku terjaga dan hilang
ia meraung berlimbah
tangisan pilu
hanya jasadku yang
terbujur kaku
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.46
Saat aq melangkah dipagi
hari tertuju pada satu sosok dalam pikiranku,,,,
Kau guruku,,,,
penerang gelapnya pola
pikirku,,,
kau rangkai sejuta cara
agar aq bisa membaca …
Kau minculkan sekian
banyak taktikagar aku bisa berhitung..
Guru…..
Guru satu kata untukmu aku
mengagumimu…..
dan suatu saat nanti bila aku dewasa aku ingin
sepertimu……
bukan kecerdasan yang kau
berikan, tapi kau memberi ilmu untuk aku menjadi cerdas…….
musim yang silih berganti
untuk datang, membawa warna tersendiri dalam kemelut hidupku
panas sinar matahari di
ketinggian yang membakar tepat ke arah kulit kepala
akan ku hadang hingga
takdir mempertemukan kita
jejakmu yang pernah hilang
disapu hujan dan badai
akan ku jejaki dengan
sayapku yang mulai patah dan rapuh
untuk mengejar waktu yang
belum sempat ku jadikan kesempatan
untuk sebuah kata maaf
yang pernah tertunda untuk ku ucapkan
21.07.2011_11.02
-----------------------------------------------------------------
bukan siapa-siapa
bukan siapa-siapa yang ku ajak bercakap di pagi yang
mulai usang ini, aku hanya ingin bersilat lidah dipenghujung hilangnya embun
pagi…
lentera yang kau padamkan di usai subuh sebelum
robekan kecil di ujung bajuku mulai menggoreskan perih di lubuk hatiku_
bukan siapa-siapa, dan bukan pula mengenai mereka yang
tak ku kenal
aku … kini aku yang berkata
“jangan kau tanya, perihal masalah kelabu ditengah
malam..”
semuanya begitu suram, dan samar-samar dalam
ingatanku, mula kau tatap aku dengan marahmu yang belum kunjung usai, meski aku
terdiam hina di ujung kata kasarmu
saat aku meronta dalam tangisku: jelang kokok ayam
terdengar, kau semakin kasar padaku
pelukmu dalam teriakanku yang panjang, masih belum
usai membunuh marahmu
jangan mulai lagi untuk bertanya, sedangkan tanya ku
belum terjawab oleh mu
jari-jari ini yang menghantarkan mu terlelap semalam
saat kau mulai menutup jendela di gelapnya malam
kau tak meliahat siapa yang kau sangka
saat bulan penuh dalam jejak menyambut ramadhan
kau masih panahkan telunjukmu untuk menghinaku
disaat gelap itu dan semua kesucian datang kau nadai
rasaku
dia bukan siapa-siapa
-----------------------------------------------------------------
21.07.2011_11.49
mulanya yang akan berakhir
kau kenalkan hatiku
kembali denagn rasa sayang
namun kau pula yang
menyakiti rasaku ini
aku yang gila akan rasa
sayangmu
kini kau juga yang terluka
oleh rsamu
kau yang buat hatiku hidup
dengan kehadiranmu
kini kau pula yang membuat
hatiku mati dengan caramu
kau yang bermula
mengenalkanku dengan semua kemewahan dan pendidikan yang tinggi ini
kini….
kini kau berhak
merenggutnya kembali
dan biarkan aku………
kembali pulang……..
pulang ke tempatku yang
semula
ina jahek.. 20.50
ina jahek, tak menenu kata
itu terucap
saat kaki ini belum sempat
mengejar banyang dikesorean hari
bermula sebelum aku sempat
mencuci muka dan mandi sebelum mentari terbenam
ina jahe,, itu teriakn ku
yang ke sekian kalnya
saat mata belum sempat
terbuka meski merdu azan tlh berkmndag
ahh… aku bosan, tapi tetap
ingin mengucapkannya
mulai dari sekedar
berbisik, hingga aku teriakan
sapa boleh pungkri, saat
it aku tengah emosi
jangankn bertnya karena apa
bila ada saja yg mntp ku saat
itu, akun ku cincag dia
-----------------------------------------------------------------
07.08.2011_15.25
kabut di malam ramadhan
di dalam tempat yang suci itu,
telah menyempit hati yang belum damai
samar-samar telah ku lihat rona yang belum pernah
bercahaya
hingga azan yang berkumandang kau tepis
rintihn demi rintihan tangis akan rasa lapar
seolah baru saja beberapa jam saja
telah mampu menggerogoti imanmu,
kau biarkan pupus hingga merasa telah memiliki tahta
nalurimu
lupakah insan tentang kesucian hati
lemahkah insan tentang ikhlas yang abadi
atau
miskinkah insan dengan masa indh untuk sorga_nYa nanti
-------------------------------------------------------------
20.44
butuh berapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan
dan tahun
untuk aku, agar bisa mengenalmu
mengetahui celah yang mulai kau tutup rapat
detik_ pulangkan tawaku
menit_kembalikan mimpiku
jam_berhenti mengingatkanku
hari_lupakan kenanganku
minggu_hadang semua rinduku
bulan_berhenti membuatku bertahan
dalam luka, antara kenyataan dan perasaanku
dan untuk
tahun_ku diam, karena tak sampai padamu
hitungan bulan telah
hentikan semuanya
-----------------------------------------------------------------
15.07.2011_18.33
menyimpang kah rasa ini
dari kodrtnya yang hakiki
bila mata tak menemukan arah
jiwa akan melekat dalam kecewa
aku hanya bagaikan secuil pasir
seonggok debu yang dikalahkan api
-----------------------------------------------------------------
jauh dari sebalik puncak
bukit
aku mendaki menjadi
jejakmu
angin ikut pula menepisnya
hingga aku terpuruk jauh
saat aku terdiam
angin pula yang membawa
kabar
dari balik bukit aku
dengarkan
kau tak lagi sendiri
saat aku inin bertanya
api telah terlebih dahulu
membakar hatiku
-----------------------------------------------------------------
18.08.2011_20.16
akhir semuanya
akhir dari semuanya
menuai cerita yang telah
berakhir
meski masih ada serpihan
rasa
seketika semua terasa
hening
kau anggap aku api yang
membakarmu
tapi kau lupa
bahwa arang itu aku, dan
kau lah abu
-----------------------------------------------------------------
20.38
langah kecil yang tak sampai
rapat, sempit, hampa, dingin, gelap.. telah mulai
menghadang
bibit padi yang belum sempat ku tanam, telah kau masak
genggaman tanganmu: hampir membunuh langkahku
pelukanmu: meracuni pikiranku
langkahku terhadang kerikil tajam
darahnya belum kering, dan kau:
kembali menggoreskan luka ditempat yang sama
mungkin hati telah penuh, hingga yang masih sakit, kau
sakiti.
belum kering kecupan semalam
kini telah ku basahi dengan air mata ini
langkah kecilku belum sampai, saat aku terluka
-----------------------------------------------------------------
setiap saat aku terbawa
imajinasi
mencoba merangkai
satu persatu huruf dalam
kata
mengikat kata pada larik
dan bait
mulai dari curahan hati
hingga fakta pasti
yang ku semukan dalam
majas
-----------------------------------------------------------------
Kau dan Egomu
Kau pikir siapa dirimu
Bisa mempermainkan hatinya
Bahkan kau melukai perasaannya
Tak adakah sebuah perasaan dalam hatimu
Hingga kau tega hancurkan harapnya
Membunuh rasa dan impiannya
Bila kau tak ingin ada tuk dirinya
Lebih baik kau coba tuk berkata apa adnya
Katakan… katakan saja semuanya
Agar dirinya tak lage terluka
Terluka karna semua kebohonganmu
Juga karna cintamu yang tak pasti tuk dirinya
Cintamu yang selama ini ada tapi ntah tuk siapa
Begitu banyak pertimbangan yang ada
Hingga kau mengabaikan sebuah rasa
Kau pikir pantaskah kau membuatnya terluka
Terluka karna cinta dan egomu
Yang selalu menutupi rasa dalam jiwamu
Hingga kau menjadi manusia yang tak punya rasa
-----------------------------------------------------------------
Sesal ini Adalah Sepiku
Ku tahu ku telah melukaimu
Ku juga yang telah hancurkan harapmu
Kini ku hadir bukan tuk mengusikmu
Ku hanya ingin tahu kabarmu
Meski itu semua tak pantas lagi bagimu
Ku hanya ingin kau tahu
Betapa ku sangat merindukanmu
Ku merasa sepi saat ini
Ku rindu senyummu saat ku bersedih
Ku rindu suaramu saat ku merasa sepi
Ku rindu semangat darimu saat ku putus asa
Ku benar-benar sangat merasakan kehilangan
Saat kau tak lagi menemaniku
Saat kau tak ada lagi disampingku
Kini sepi menemaniku
Dalam rasa sesal yang tak kunjung usai
Ku yakin sepi ini tak kan abadi
Mungkin kata maaf ku tak berarti bagimu
Ku menyesal telah berfikir bisa hidup tanpamu
Ternyata ku tak sekuat itu tuk hidup tanpamu
Kini hanya sesal yang mampu menyelimuti hatiku
Dan sepi yang menemani hari ku tanpamu
-----------------------------------------------------------------
rentan waktu itu tidaklah
lama
dimulai dari saat kita
bertemu dan kemudian berpisah
ketika canda menghadirkan
tawa diantara kita
kau tersenyum dan
memelukku erat
seakan tak pernah
mengizinkan waktu membawaku
ketika setiap musim
berganti: aku terdiam
aku mengingat ketika tawa
telah terhenti
-----------------------------------------------------------------
Apa mau mu
Aku
adalah aku
Aku
tak mungkin seperti yang kau mau
Biarkan
aku dengan jalanku
Jangan
pernah lagi kau ikut campur
Ku
tidak butuh lagi perhatianmu
Yang
hanya menyakitkanku
Pergilah..
pergi
Jangan
pernah lagi ganggu aku
Sadarkah
kamu
Kau
telah menyakiti aku dan dia
Meski
tak pernah kau duga
Tapi
jika ia tahu
Mungkin
perasaannya akan hancur
Sehancur aku saat kau permainkan
Belum
puaskah kau dengan semua ini
Hingga
lembaran baru ku
Tetap
ingin kau hiasi
Dengan
semua kelakuanmu saat ini
-----------------------------------------------------------------
Berubahnya negeriku
Negeri
ini adalah negeri hukum
Tempat
para rakyat jelata disiksa
Negeri
ini katanya punya keadilan
Yang
hanya melandasi mereka yang kaya
hukum yang ada
hanya bagian dari politik
mereka-mereka yang berkuasa
tapi
bagi kami rakyat jelata
hukum
adalah landasan
untuk
dijalankan yang bersalah
untuk
dijadikan patokan
bagi kami yang ingin mencari kebenaran
tapi sangatlah disayangkan
kini hukum telah bisa dipermainkan
hukum
telah salah jalan
hukum
tak lagi mengayomi kami
rakyat
yang lemah ini
tapi
diperbudak oleh mereka yang berkuasa
keadilan telah lenyap
hingga hanya menyisakan
luka
bagi kami rayat jelata
yang
tak pernah paham
dengan
permainan mereka semua
kini
negeriku telah berubah
-----------------------------------------------------------------
biar ku tatap langit
saat senja mulai menyapa
ku lepas smua yang
menggnjal dijiwa
ku tepis semua rasa
bersalah
ku ingin smua masalah meninggakanku
bagai senja yang akan
hilang
meski sejenak pada saat
malam datang
ku kan tersenyum dengan
penuh kepuasan
-----------------------------------------------------------------
bila waktu itu datang
ku jatuh pada saatnya
saat waktu itu datang
bila aku berada di tepi
sungai
alirannyaakan menghanyutkanku
serta membawa ku pergi
bila ku berada di tepi jurang
curam…
maka kecuramannya membawaku jatuh
hingga kedasarnya
saat waktu itu tiba
dan aku berada di tengah padang pasir
gersang….
ku tak bisa katakan tidak
saat angin mulai datang
dan akan segera menghembusku
bersama buturan pasir
ke tempat yang tak menentu
sampai pada titik akhirnya
-----------------------------------------------------------------
bisik hati pada jiwa
seakan darah tak punya
tempat tuk mengalir, detak jantung ditahan- sementara saja….
puing dari palung hati
yang rapuh, kini enggan mengikis paru..
ku dilumat mainan rindu,
padamu ibu……….
-----------------------------------------------------------------
buka mata saat fajar
menjelma
jadi kehangatan yang indah
hati yang ku tutup rapat
menuai kisah yang rusuh
tak sempat ku lepas dalam
langkah
saat aku meninggalkanmu
-----------------------------------------------------------------
bukan aku yang
meronta-ronta
tapi hatiku ini yang ingin
berkata
“ rindu ini belum usai kasih “
-----------------------------------------------------------------
bunga luka yang ada
bukan saat tersenyum, air
mata ditahan
lepas amarah
jejaki arah
tatapan hancur
akan ketidak berdayaan
Sayang……………………….
Rindu……………………………….
Setia……………………………………….
Benci………………………………………………
Dibenci dan membenci
Dusta………………………………………………………
Didustai dan mendustai
Semua rasa yang ada itu bohong
Saat semua itu hadir
Dalam ketulusan yang telah hilang
Dalam mimpi yang tak nyata
Dalam harap yang tak pasti
Saat semua rasa menjadi abadi
Perasaan tulus datang dengan sendirinya
Membawa bahagia
Ynag mengalah adalah derita tanpa
Benci dan dusta
-----------------------------------------------------------------
Biarlah angin malam berlalu dengan indanya..
membawa kesejukan tersendiri saat kegelapn
malam
menyejukan hati insan yang penuh dengan kebencian
benci akan rasa yang telah mempermainkannya
meski hati terluka senyuman ini tak akan pudar
biarlah malam ini menjadi kegelapan hati yang
membenci
sesaat sebelum mata hati terpejam dalm
kegelisahan
terpaku ku dalam tangisan pilu
merintis ku dalam rasa sakit ini
membenci dalam dendam
melupkan segalanya dengan sebuah perasaan
kehadiran ku yang terpaku dalam
luka
dendam
benci
kecewa
menderita
serta
merasa bersalah
saat ku mengetahui segalanya
biarlah ku membenci dalam sepi
dalam bahagia dirimu dan deritaku
-----------------------------------------------------------------
Dalam diamku
Tak pernah terpikir olehku
Bahwa ia akan kembali
Membawakan luka lama
Yang tlah tersusun rapi
Di dalam hatiku ini
Terdiamku untuk kesekian kalinya
Saat pertanyaan mulai menujuku
Tak ada niat untuk
menjawabnya
Aku berdiri seolah badan
ku
Tengah berada dalam lumpur
hidup
Yang akan mematikanku
Hanya dngan sedikit
gerakan
Ku sadar bila bibir
ini bergetar
Mengucapkan sedikit kata
Akan ada yang terluka
Saat itu pula
diriku ini akan kehilangn
Sebuah permata jiwa
Yang bersinar indah
Dalam kediamanku
menatapnya
-----------------------------------------------------------------
debu itu masih melekat
saat aku menyadari
aku bukan lagi
sesuatu yang terindah
belum lengkap rasanya
jiwa ini tanpa tangisku
masih resah dan galau hatiku
saat canda tawa menepis di bibir
baru ku bisa mengerti
saat ku berkaca dimatamu
ingin menghembuskan nafas
terakhir
saat ku tahu
aku ini serpihan air
matamu
-----------------------------------------------------------------
Detik
Menuai jejak yang tak terlihat
Menggenggam pasir yang basah
Mengukir
diam
?
?
?
kupenuhi pikiran dengan ?
kepastian tak kunjug
datang
lepas dalam kebingungan
ini
ku temukan arah angin
membawa kesejukan
dan aku pun terdiam
Diammu luka ku
Tak
ada sedikitpun inginmu
Tuk
bicara padaku kasih
Hingga
kau selalu membisu
Dalam
senyummu
Apa
salahku
Ada
apa dengan dirimu
Mengapa
kau terdiam
Saat
ku ingin sebuah kata darimu
Diammu
jadikan sepi
Dalam
alunan kebahagianku
Kau
hancurkan mimpi ini
Dengan
diamu yang melukaiku
-----------------------------------------------------------------
dibalik
senyum ku
Butiran tasbih mencoba memengkal
Satu kalimat syahdu yang gemerlap
Rembulan malam jadi saksi
Tumpuan kasih yang merangkai arti
Dibalik tirai ku memandang
Menembus aura mu
Meski dari kesamaran rasa
Menjadi luka yang merobek jiwa
-----------------------------------------------------------------
dibalik
senyum ini
Ku rangkai sejuta kisah
Meramu asa dalam tawa
Memejamkan mata
Terluka dan meneteskan air mata
Dirimu tak tergantikan
-----------------------------------------------------------------
kasih
Lambaian tanganmu
Masih membekas dalam
ingatanku
Juga senyuman itu
Yang selalu membuatku
luluh
Cinta
Kata indahmu
Masih terukir dihatiku
Warna pelangi
Tak bisa menandingi warna
hidupku
Bila berada di sampingmu
Sejuknya embun
Tak akan bisa menyejukkan
hatiku
Sesejuk aliran kasihmu
embun pagi di tepi mulut
daun
akan menetes
akan bersatu dengan tanah
-----------------------------------------------------------------
hanya tuhan yang tahu
inginku atas hidupmu
meski ada luka…………………………
ada airmata yang selalu
mengiringi cerita kita
tuhan yang lebih tahu
siapa aku…
apa inginku…
mengapa aku..
mampu di sampingmu
-----------------------------------------------------------------
hidup
Tujuan hidup yang
sebenarnya
Hanyalah mencapai bahagia
Tapi terkadang
Cara dan jalan
Menjadi berbeda
Mengapa menjadi demikian?
Tanya hati dalam diam
Bukalah pikiran dengan
jernih
Renungkan para saudaraku
Saat jalan hidup menjadi
sebuah pilihan
Menang atau kalah
Miskin atau kaya
Menyerang atau diserang
Hidup ini permainan
kawan….
Berusalahlah menjadi yang
terbaik
Dapatkanlah kebahagianmu
Memang diatas jalanmu
-----------------------------------------------------------------
Ini
hanyalah mimpi
Cinta
menyatu dalam jiwa
Diwarnai
dengan canda dan tawa
Senyummu…
Tatapanmu….
Caramu
pada ku
Akan
menjadi rahasia hati ini
Ku
simpan selamanya
Ku
kubur abadi dalam hati
Hingga
langkahku terhenti
Samapi
nafas tak ada lagi
Karna
semua ini
Hanya
mimpi yang tak pasti
-----------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar