Selasa, 23 Oktober 2012

kumpulan puisi: menyandang waktu





          Bersama waktu, telah banyak pengalaman yang ku lalui, dengan iringan air mata aku telah menghilangkan haus ku yang berganti dengan lapar, ku makan setiap ingatan kecil hingga bertemu karang besar yang menutupi perjalananku selama menyandang waktu.
-------------------------------------------------------------
kau dan anggrek

ketika kau berlalu di depan halaman rumahku
angrek itu menjadi layu
aku sempat bertanya pada bintang
ketika malam datang
ia enggan menjawab
mlah memintaku mennykannya pada bulan
bulan marah, ia memerah
di pagi hari
aku beranikan diri bertanya pada awan
ia kelam, menghitam
hingga petir yang menjawabnya
saat itu kau tetap menatapi anggerkku
sepeninggalanku siang itu
kau dan angrekku telah lalu

                                                            Kambang, 17.02.2012: 19.30
-------------------------------------------------------------
muara kasih
satu titik dari setiap muara telah ku satukan
bukankah itu yang  kau ingin kan?
berhentilah menyanyi di tengah kemarau panjang ini
bukankah itu hak yang tidak ku inginkan?
aku sadar antara air dan api itu sulit
tapi tidak sesulit itu untuk mu
-------------------------------------------------------------
ditengah malam yang mulai usang, aku menjadi saksi atas kemarahanmu…
kau berdiri dari balik bambu bersama dinginnya malam yang telah menerpa kulitku..
aku katakan cemburu pada pemanah yang durjana
seuntai kata yang kau kirim bersama kilat yang berlalu, talah mampu membunuh benih cintaku.
jangan lagi kau usap permata dalam kilaunya mutiara di dasar laut, karang ingin pula punya waktu bersama asinnya hidup, bukan dengan angkuhmu yang tutup mata dalam cerita cangkang yang telah kau biarkn menjadi sepi..
-----------------------------------------------------------------
pernahkah kau bertanya pada gelap
menapa terkadang ia menyimpan rasa takut?
atau kepada darah, yang menjadi perihnya luka?

bukankah  aku hanya sebingkai gambar yang baru saja kau pandang?

mengpa harus aku yang membuat kau terang dalam gelap dan membawakan perih menjauhkan lukamu?

sedangkan aku telah terluka oleh gelap
pada malam-malam yang beralu

pernah berdarah pada luka yang kini pun masih membekas
-----------------------------------------------------------------
sengaja ku buka tirai pada jendela hati ku untukmu..
karena keberanian sinarmu
yang telah menyelundup memasuki ruang hatiku

salah bila aku diam
tanpa menjawab tanyamu
yang seakan meragu
dipersendagurauan kita?

bila mana kau adalah mentariku,
akan ku izinkan kau menaruh cahaya itu secara terbuka
bahkan
akan ku pantulkan pula
pada seluruh putaran rumahku
bila kau berkenan
dan serius dengan hatimu

karna aku
orang yang pernah terluka oleh masa lalu
sulit untuk bisamembua hati seperti dulu
kambang, 26 januari 2012
--------------------------------------------
Jingga Di Suatu Senja
aku titip rindu senja itu
diujung ranting agar diterpa angin senja
air mata ku menjadi jingga
jingga yang jatuh di suatu senja
jingga yang kau titip pada angin
kering, dengan cerita kita
bersama keringnya jingga
aku menunggumu bersama rindu
hingga tetesan jingga di suatu sore
aku keringkan dengan titipanmu
-----------------------------------------------------------------
kambang, 26 Januari 2012
Musim Pembual
gugur sudah dedaunan di musim gugur
dingin yang membekukan hati di musin dingin
bahkan, mandi keringat di musim panas

aku tapaki………..
aku lalui……………………
aku tempuh……………………….

musim yang berganti
selalu memperkuat rasaku padamu
dalam dingi, bermandikan keringat dan berjatuhan rindu
aku terkapar dengan mimpi memeluk rindu untukmu
-----------------------------------------------------------------
langkah
jalan setapak di penghujung senja
ku jajaki dengan wajah memerah
ada luka yang belum sempat ku obati
bekas robek pada kerikil lalu

rumpu yang ku injak masih malu
bertemu ku untuk sekian kalinya
ilalang tak mau berdamai dengan ku
pondok usang inilah yang selalu menemaniku
membiarkan ku merajut mimpi
dalam kesunyiannya dalam malam
-----------------------------------------------------------------
ingin pulang atau kembali ke masa itu?
tetes hujan di penghabisan malam
saat kit asaling mengukir janji
pulangkan aku, terikmu membuyarkan senyumku
tamparan bertanya, kenpa kau lepas aku?
aku terdiam
ku hanya ingin satu hal
jangan pulangkan dia
aku hanya ingin ditemani menjelang subuh datang
                                                                     20.10.2011_23.16
------------------------------------------------------------------
Berapa tahun kita ingin terdiam seperti ini lagi?, bukankah usaha telah berlalu seiring doa yang setiap kalinya nafas ada selalu terucap bersama niat?.. kini apa yang akan kau tunggu jika waktu tak izinkan kita tersenyum? Lari dari kata tidak yang semestinya harus bersamamu di tengah pertarungan dingin itu:mimpiku:mimpimu..pudar dalam sinar pelangi.

Jendela yang tidak punya kaca, membiarkan angin masuk dengan bebasnya.. mungin lain kali kita akan melihat kaca tanpa jendela, kala angin tak lagi masuk seperti itu. Lampu kecil yang menerangi malam sesudah hujan turun bersama suara petir yang menyambar, belum menghentikan tangismu, yang tetap larut dalam suasana yang haru...

Dingin..dingin..panas, lalu kembali dingin.. suhu yang tidak stabil dalam kemelut ku mermain cinta..
----------------------------------------------------------------
segitiga bermuda, segitiganya para dewa
tak disangka semua yang melaluinya
akan punah bahkan tak tentu arah
baik dari udara, maupun perairan
kabarnya, ada dajal di sana
kau takut dngan semua itu?
takut ia keluar, dan kiamat?
bersabarlah, tuhan maha tahu
jangan kau takut seperti itu
toh, kisah kita juga sangatmisteri
hingga sampai detik ini
kenyataannya, bahwa kau tak mengenaliku
-----------------------------------------------------------------
0012
panorama
berdiri di atas ketinggian rata-rata
lagi.. lagi dan lagi
hanya memandangi suatu bentuk
jalana yang seumpama karet terejang
kotak kecil itu, kiranya kemukiman
-----------------------------------------------------------------
22.00_23.092011

bila waktu tidak akan menemaniku untuk melakukan suatu pilihan, izinkanlah waktu untuk sejenak.. singgah. meski ada luka disaat aku tak mampu berbuat apa-apa. dering yang tak sempat berhenti dalam takut yang ku rasakan di saat langkah kaki mulai mendekatiku.. aku mulai melupakan senyum yang pernah menyambut tangis dalam takdirku..jangan kau tanyakan kata yang tak semestinya kau ukir dalam kebohongan mu untuk duka yang pernah membuat ku merasakan perih…

langit itu masih kosong, dan mengingatkanku pada tatapanmu yang pernah ku biarkan kabur dalam cahaya yang begitu terang.. hingga hanya aku yang meneteskan airmata dalam senyum yang mulai redup..

puing-puing dari ketegaran yang dulu menjamah kau tutup dengan mata uangmu, kau beli harga diriku, seumpama aku anggur merah yang dapat kau tuang dalam malammu yang kosong…

tragedi demi trageni yang kau buat, seolah aku dan semua tentang mereka hanya file dalam, dokument kosongmu.. kau beli hal yang tak mampu untuk ku jual dengan keterpaksaan langkah yang mengancam..: kan ku jawab semua tanyamu dalam genggaman dendam yang panjang..
 22.16_22.092011
-----------------------------------------------------------------            
buka tutup, tidak
buka buku, buka tutup buku tutup buka, dan mulai membaca
tutp buku:buku tutup diam dan baca…. mungkin tidak akan bisa
membaca dalam kondisi menutup buku, baca buka tutup :
lembaran penuh tulisan, akan kau biarkan lalu lalang dalam sibuknya
mungkin ia tak seindah bunga tulip dalam jejak pagi
tapi tak ada yang tak mungkin kau dapat jika dengannya
bagimu ia mungkin hanya kertas yang bisa kau bakar
abu dan asabnya akan berlalu dalam jejak malammu yang indh
tidak dan tidak dalam ucapanku, ku bentak kau dengan keras
tttttttttttiiiiiiddddakkkkkkk:TIDAK akan pernah begitu bagiku
-----------------------------------------------------------------
Mengenang
diam penuh makna, antara menjerit dan menangis
wajah iba, dengan mata memerah mulai bermunculan
histeris: meronta tidak terima dengan keadaan yang terjadi
banyak dari mereka yang hilang dalam bayangan_nya sendiri
reruntuhan itu………
darah itu………..
mayat itu…………..
tergeletak dengan rasa sakit yang terdiam:
hening, sunyi, amarah, resah, dan airmata
sore indah penuh luka jua, penuh tangis dari “bundo kanduang
bumi minang, menuai masa pembalasannya
meski telah berlalu, darah itu masih anyir dalam ingatan
wajah-wajah itu, yang terlihat di balik pangkuan
tubuh, kepala, tangan, kaki: terpisah
nyawa bagai kapas yang diterbang angin kencang
-----------------------------------------------------------                                                   18.08.2011_13.50
masih membekaskah cahaya lilin itu?
saat pertama kali kau padamkan tepat di hadapanku..
 masih lengkapkah ukiran disekitar lilin itu?
saat terakhirkali kau patahkan alat pengukirku, tepat di hadapanku?
mungkin terlalu munafik, jika aku diam dalam senyummu
atau hanya berpura-pura tegar dengan senyuman yang menyembunyikan sedihku
cahaya lilin itu mungkin padam, tidak dengan rasaku
ukiranya mungkin rusak, karena patah.. tidak dengan rinduku
percikan api di awal pembukaan pestamu
telah mengakhiri aliran namamu di darahku
tapi tidak akan mampu menghapus cerita kita yang belum berakhir
-----------------------------------------------------------------
13.57
riwayat seorang petani yang mati di kebunnya sendiri
sejenak terdengar isak yang tak begitu panjang
jalanan masih sepi saat telah berkibarnya tanda duka
sedih mungkin tak begitu singkat terasa
mungkin sudah beberapa tahun itu semuaberlalu
bermula saat pulang dan memakinya
kau pergi dan ia bermandikan air mata
kau mungkin tidak pernah tahu
disetiap lantunan nafas-nafas terakhirnya
ia tak lupa menyelipkan namamu
hingga matanya terpejam dan ia pulang untuk selamanya
-----------------------------------------------------------------
21.08.2011_13.31
aku hanyalah asap yang yang bisa kau lihat, untuk sekarang ini.. bukankah kau sendiri yang telah membakar, hingga arang dan abu menjadi bekas?
kini untuk apa kau padamkan dengan airmatamu, jika tidak akan pernah bisa menyatukan keduanya, dan asap itu lambat laun akan habis jua..
-----------------------------------------------------------------
14.09
pernahkah pagi mengganggumu, saat ia usai bercerita dengan sisa embun yang akan kering olehnya? bersama sinar sang mentari yang ia bawa dari balik ranting-ranting pohon itu…
sadarkah kau, pada saat hujn datang dan kau lebih memilih untuk dim dari padatersenyum menyambutnya?
kini hujan itu telah pergi, berganti musim hingga kemarau panjang.. kau menangis, seoah menyesal dengan lagumu yang dulu tak inginkannya hadir…
masih bisakah airmatamu itu, membuat kegersangan berubah menjadi sejuk kemali. sedangkan angin telah enggan menemanimu..
-----------------------------------------------------------------
14.13
laut yang sangat luas dan tak bertepi, jika ku lihat dari sudut tempt ku berdiri, namun saat telah ku sebrangi begitu jelas tepian menanti.. gars yang seolah menanti angin tuk membawa ku menepi, di ruang yang kosong ternyata aku hanay bermimpi..
-----------------------------------------------------------------
14.15
kau boleh injak batu diatas air itu sesukamu, sepuas ingimu dalam tarian kecil di penghuung sore.. dan bila nanti malam telah datang, cepatlah kau berhenti dan kembali pulang.. karena keabadian yang indah itu saat semua yang tersayang telah menantimu.. bukan saatkan melakukan inginmu yang kau anggap bahagia namun derita mereka yang kau tinggalkan..
-----------------------------------------------------------------
14.17
pecahan kaca itu, pecah lagi.. lagi dan lagi..
kini ku sebut pecahan itu menjadi butiran..
aku takut jika kembali menginjaknya, sedangkan pecahannya saja telah membuat aku terluka.. apa lagi butirannya, kau masih ingat ?., saat hari terang seperti ini, tiba-tiba saja gelap:dan kau memecahkan gelas yang kuletakkan di ats meja..
saat aku terluka oleh pecahan kaca itu…
kau bilang:_ karena ku sayang kamu  aku ingin menerngimu, mencari alat yang bisa membuatku meliat wajahmu lagi”
tapi kau tak sadar, caramu telah melukaiku.. ini mungkin hanya permulaan, apakah kau masih ingin bilang begitu, saat kau telah menyakiti hatiku?, membuatnya terluka karena sayangmu?
-----------------------------------------------------------------
12.10”_08.12.2001

seandanya, bila aku akan bersatu denganmu..
aku rela..
dalam kondisi terbakar sekalipun
biarlah aku yang menjadi abu atas kekalahan,
kau yang masih berwujud menjadi arang
hingga saat aku telah lenyap diterbang angin
serpihan ku masih menyetubuhi kegelapan wujudmu
-----------------------------------------------------------------
November, dan Dia
warna senja sudah tidak lagi meronta
pencarianmu telah terhenti kawan
debur ombak sudah tidak mengamuk lagi
reruntuhan itu mungkin menyembunyikanmu
aku miris….
ingin berteriak bersama badai: lalu
aku bersedih….
saat tepat dihari ini, senyummu redup
toga yang menunggumu: ikut berduka
tepat dihari ini, kau berlalu sudah sepekan
jasadmu mengambang bersama airmata kami
bunga tujuh rupa belum sempat bertabur
november membuat pusaranmu tak ada
                                                                                kambang, 9 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
Langkah Kecil
rintik hujan menggemparkan malam
gelap mengunci dalam ketakutan
langkah demi langkah
tangis,
pekikan,
pegangan mama mulai tak kuat
derasnya air, membunuh dan menyeret
tubuh dan langkah kecil mulai merapung

                                                                                kambang, 09 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
kau boleh menjama tubuhku
ku tunggu kau menjamah ku
dengan gigi atau cakaranmu
kau boleh mencumbuku
ku tunggu cumbuanmu
dengan tatapan atau diammu
punguti ludahku
jilati darahku
ini arah dari luka
saat kau goreskan pilu
jauh direlung hatiku

                                                                                kambang, 10 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
kau bagai seorang pemungut sampah, yang ,membusuk di pondk kecuranganmu. kau punguti bekas luka bahkan liur_shbtmu sendiri
-----------------------------------------------------------------
Kalian Pergi Begitu Cepat
malam itu kelabu malam menyapa
aku tak tahu mengapa bisa terlalu kaku
tugas ku abaikan:bersama lelucon kawanku
pikiranku merapung bersama rintik hujan
jiwa ku melayang bersama dingin malam

mentari mengguncang waktu
aku bercumbu dengan mimpi buruk
bersama malam saat bercinta dengan ketakutan

angin membawa berita tak sedap
seburuk warna yang lenyap dalam pandanganku

lama aku termenung, kini aku sendiri
ayah telah lama meredupkan kasih
ibunda dan adindaku menaungi jejak
menunggu ayah menjama, bersama maut

                                                                                kambang. 09 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
asap menggebu dlam secangkir kopi
pagi itu kau telan dingin bersama angin
dia, aku dan beberapa tetangga
mencibir dibalik pagar emasmu
membalik badan: menangkap asap-itu
jelang siang: gelasmu pecah
semua penduduk menerjang pagarmu
langkah panjang menuju bibir teras
anjing-anjing ikut menerjang, bukan kau
tapi semua yang menggantung harap padamu
 ----------------------------------------------------------------
air mata dan senyuman baru

air mata dan senyuman baru yang telah menunggumu:
dalam langkah yang belum usai dengan harapan dan mimpi yang selalu datang menagih janji
do’a…. bersatu dengan harapan dan usaha
masih belum lengkap, tanpa air mata dan senyumanmu
air mata yang dulu keluar untuk meratapi cintamu yang usai_
saat kau merasa sayang yang terdalam mengenang kata manis
kini akan kau rasakan berbeda, jika tangis singgah untuk kegagalanmu
senyuman yang dulu membut manis raut wajahmu, terkadang sinis:kesalmu
kini akan kau rasakan berubah, untuk semua itu..
kini senyumanmu mahal untuk sebuah keberhasilan

kini hadirmu berbeda, dan lebih berharga
saat hujan usai datang merobek semua rasamu
jadikan ia pedih yang akan kau kenang
dalam rintiknya: bersama lukamu
yang akan abadi dalam kisah dan jadi semangatmu

          saat langkahmu hampir terhenti, jangan harus ada air mata
          lihatkan senyumanmu, dalam rintangan yang baru akan dimulai

air mata juga tak pantas selalu kau simpan
sehingga mencerminkn ketegaran hati
namun seketika hancur dalam perihmu sendiri
-----------------------------------------------------------------
aku mulai telusuri setiap jengkal tubuhmu
setiap lekuknya membuat ku menangis
ada gambaran yang tak sempat ku lukis
ada selembar kata yang belum sempat ku tulis
saat jemari berhenti disela lehermu
aku terdiam penuh marah
darah itu anyir dan masih segar
aku….
aku menemukanmu..
penuh luka disekujur tubuh
aku telah temukanmu dalam gelap
yang telah membunuhmu

                                                                                                                                                                                    kambang, 11 n0vember 2011
-----------------------------------------------------------------
dimana rasa kita

saat melukai,
          kita yang sakit
saat menyakiti,
          kita yang perih
saat dihina,
          mengapa kita diam?
saat ditipu,
          kita malah tertawa
kita, siapa yang kita kira
hanya para insan yang tak tahu rasa
-----------------------------------------------------------------
PUJA_PUJI
puja puji para dewi
bukan puji, bukan pula puja
hanya pada para dewi penjaga sorga dunia
bukan dewi puja
bukan pula dewi puji
hanya…………..
          dewi hati saat mataku
mulai risih saat menatapnya
lembaran yang usang muli ku rapikan
meski mata tak henti menatap
saat bulan penuh, mula dari bulan penuh kesucian
-----------------------------------------------------------------
          Nyanyian malam

Senandung rindu
Bertasbihkan butiran kasih

Angin malam mengusik jiwa
Burung hantu bermainkan bunyi
Gemuruh mencekam rasa
Syahdu jangkrik merajalela

Aku terdiam dengan mimpi
Asumsi angan yang  tak pasti
-----------------------------------------------------------------
Meski indah


Memainkan mawar yang berduri
Perih dan bahkan bisa terluka

Bermain dengan kata
Tanpa belihat kodratnya sebagai apa
Maka bumi bisa remuk bahkan murka
Tingkah, canda dan tawa

Hanya sekedar warna
Bisa memudar dalm ronanya
Keras lembutnya sebuah kata
Menaungi ara yang dipadamkan asa

Takkan selamanya
Semua yang indah itu
Menjadi keindahan
Apabila lenyap di balik rasa
Maka akan menyakitkan
-----------------------------------------------------------------
Meiwa

Of or on
Mati atau hidup
Pilihan bukan?..
Semua orang ingin hidup tentunya
Tapi, apakah semua sanggup bertahan?..
Dalam lika-liku kehidupan
Terkadang bimbang namun harus
Persiapkanlah diri
Sebelum melangkah bebas
Agar bisa bertahan lama
Melawan kejamnya dunia
Tanpa persiapan tentunya
Tak ada yang bisa kita kerjakan
Jadi lah meiwa
Meiwa yang selalu bisa bertahan
Dalam kegelapan
-----------------------------------------------------------------
ini jalankku atas janjiku

lambaian sayup-sayup angin menerpa
terlunta-lunta langkah dalam jeritan meninggalkan malam
kerikil-kerikil tajam membawa perih, ada robekan demi robekan yang menghambat langkah

ingin aku menjerit dalam kesedihan ini
saat tetesan darah bertemu tetesan embun pagi
rambut yang terurai telah menyapu tanah_basah…. basah… ujungnya kotor…kotor sekali

menjelang fajar datang menyilaukan bumi.. aku ingin melihat sekali lagi kesilauan itu
ingin melihat sela dari celah yang pernah mengusikku
samar-samar ku lihat wajah penuh air mata
menanti dengan ketidak pastianku membawa janji

luka-luka ini ku bawa menari di atas deritaku sendiri
peluh ini telah ku jadikan minuman pagiku
ku kuatkan sendi-sendi kakiku untuk bergerak: ku tinggalkan pedih bersama senyuman pahit ini

aku.. aku akan berlari memelukmu dengan janjiku
-----------------------------------------------------------------
Coretan Kecil Dalam Surat
_lembaran demi lembaran surat telah ku coretkan, ku coret dengan penuh suka dan duka dalam tangisku, dalam senyumku yang perih,  saat berselimut dengan rinduku untukmu
 aku tak henti mencoret di atas kertas putih ini, hingga hari ini aku masih melakukan coretan itu, coretan-coretankecilku: dalam sunyi, untuk kesekian kalinya aku melakukan coretan ini, untuk kesekian kalinya ku lakukan: dalam sunyi,
saat aku berada dalam dinginnya malam_ dalam panasnya terik matahari di kejauhan aku tak henti mencoret di atas kertasku ini, entah: sudah coretan keberapa yang ku coretkan di atas kertas
 aku tak tahu lelah dan mulai lupa akan waktuku, aku hanya sibuk dengan semua coretan ini hingga aku terlelap dan bunyi lolongan anjing di kejauhan malam membekukan takutku dalam  kesendirian
sepi yang menemaniku dalam perjalanan ini
saat cerita-cerita kecilku belum usai rasanya, hingga dalam coretan: dengan tangan kecilku untukmu hingga esok hari bisa ku kirim lewat angin dan akan kau baca dengan kasihmu yang tak sampai
esok bila telah usai aku mencoret kertas ini, aku akan jadikan ini isi suratku, karena dalam coretan ini aku akan mengadu padamu dengan cerita dari derita sepiku  tanpa kehadiranmu
saat semuanya masih bisa mengadu dengan tersenyum aku hanya bisa  menangis mengadu di depan nisanmu untuk kesekian kalinya hingga kini aku telah dewasa_
aku tak tahu harus meminta maaf pada siapa
bila besok bekas senja masih membuatku berada di sisimu, kan ku putus pelita dalam gersangnya tawa yang selama ini ku jadikan penghibur hati….._
-----------------------------------------------------------------
aku merasakan lemah
dengan ketidak berdayaan
yang sekarang telah bersembunyi
jauh di dalam celah sepi ku
aku merasa luput dalam dusta
yang tak pernah bisa mengungkap
semua inginku dalam tanya
sepiku telah hiraukan
airmata yang menumpuk dalam luka
-----------------------------------------------------------------
Sederhana untuk bahagia

biarlah semua berlalu
mengiringi cerita yang tabu
ini kami apa adanya
bukan sesempurna mereka
saat bergelut dalam sandiwara
kisah kami belum usai
namun cerita mereka telah berakhir
kami menang begini adanya
namun bukan akan selalu begini saja
sederhana yang kami punya
akan bawa kami pada bahagia
-----------------------------------------------------------------
masih ingatkah kamu

air mata ynag jatuh
masih ku ukir senyum untukmu
kesal yang tak berarah
masih ku berkata rindu untukmu
kau yang mengisi relung hatiku
namun kau pula yang patahkannya
saat darahku mengalir
membawa nama mu
kau pula yang hentikan
-----------------------------------------------------------------
lepas

semua pintaku terkabul
semua tanyaku terjawab
semua resahku tertinggal
semuanya….
semua untuk kata
semua untuk rasa
semua untuk segalanya
-----------------------------------------------------------------
Warna rasaku

saat waktu mengiringi langkah ku
aku diterpa angin malam yang dingin
tanah yang berbatu menjadi pijakanku
terlihat sedikit samar-samar
seolah batu-batu itu terukir
indah dibalut nuansa hijau perbukitan
lembaran demi lembaran cerita
mulai ku buka dengan semua rasa
aku bahagia
aku tertawa
aku terdiam
aku pun sedih
aku juga sangat lega
semua rasa ini menggebu di hati
-----------------------------------------------------------------
17.10.2011_padang

Ujung Sesal
pada masanya yang tak berarti
ada kalanya musim akan berganti
dalam dim telah ada niat
meresakan dendam dibalik sesal hati
pura-pura diam telah berlalu
pura-pura tegar telah menghilang
jalanku pupus dibalik ujung sesal
berhenti dipersimpangan hati yang mati
menunda waktu untuk makna yang sebenarnya
diujung sesal ku berhenti menyapa
dalam tangis yang belum usai ku sesalkan
-----------------------------------------------------------------
Hendak Mengapa
kita akan kemana:
ke mesjid, gereja, kuil atau pura?
hendak mengapa kita:
diam, berdo’a, tidur atau menangis,
bahkan tertawakah?
“cerewet sekali ulama itu, para pendeta,
bahkan para jemaah dan jemaat..
pulang………..
renungkan niat, tingkah dan langkah
-----------------------------------------------------------------
Para Pendusta
mereka hilang, mungkin pergi,
mungkin juga telah mati
namun dimana bangkainya?
ku lengah, mungkin lupa
atau benar-benar sedang menutupi
ah.. sudah basi semua alasan
yang ku mau adalah kejujuran
para pendusta, kau akan mati
bersama cerita basimu, yang rasan
bumi tak terima bangkaimu
seperti angin tak enggan
terbangkan bau amis darahmu
-----------------------------------------------------------------
Koin Beragam
keemasan, alumanium, perak,
ada yang seperti besi
kapan ada yang terbuat dari kaca
hhhaaa.. negara ini,:
jug apenuh budaya dan bahasa
masih beragam dan kental
mungkin sekental santan
yang akan pecah dan muli berbau
kalau tidak segera habis digunakan
mungkin juga sekekal udara yang selalu ada
corak, dan nilainya berbeda: logam
kini mulai terasingkan, digantikan kertas
yang lebih bernilai dalam kegunaannya
-----------------------------------------------------------------
Penyaji Serba Putih
bukan aku?
“lalu siapa lagi yang akan mengaku
tapi, kenapa harus aku…
sudah.. diam saja
semakin bersuara semakin terkuak semuanya
-----------------------------------------------------------------
pituah ayahku
darah ranah minang
tanah dan air yang masih punya budaya
semarak gemerlap mesum dipusaran
tak ternoda alunan pituah ayah
seiring petir menyambar,
lebih menakutkan geram sang ayahku
saat ia marah
-----------------------------------------------------------------
18.10.2011_padang

malam kelabu
usai dalm riak yang mennti gelombang
pada musim semi aku tidak akan berterbangan
dalm rrimba itu, akar kayu akn membunuhku
tak sekedar rsa, atau basa-basi belaka
hanya kegelapan yang membuatku
tak mampu menatap cahaymu
namun tanpa mu …
jejak ini masih mampu untuk ku cari
di malam kelabu: malamku tanpamu
-----------------------------------------------------------------
para pencibir
ha.ha.ha aku kan selalu tertawa
kapan lagi masanya, kalo bukan saat ini?
saat jemari melekat diujung waktu
saat itu pula ada juluran keji dan malu
seumpana busa: merambah, kemudian hilang
“masih ingat tentang riwayat seekor kera?”
mencibir disaat yang tak semestinya
begitulah sipencibir ini bermula
para manusia yang tak punya rasa pada sesama
-----------------------------------------------------------------
paruh baya
lenggokmu, masih seperti dulu
mata itu masih seperti itu
menatap sayu penuh makna
ku sangka kau akan usai dibalik mata itu
tapi kau masih ada, separuh baya dari ku
-----------------------------------------------------------------
akan ku biarkan kau mengukur bayang-bayang, dalam gelapnya malam: aku hanya melihat dari balik rantin

biarkan amarahku menjama setiap sudut senyummu
meski lelah adalah harapan ku yang tertunda
serta malam yang telah berlalu adalah angin
 yang kan membwa duka ku pergi
 kan ku biarkan jeritan cinta berada pada tempat semestinya
meski ada jarak antara aku dan cinta
, di bawah sinar rembulan malam..
-----------------------------------------------------------------
seuntai tali hitam telah kau putus
dalam ikat yang tak bertemu ujung
aku mengutuk niat untukmu
menyumpah serapah pada keinginanku
kau harus diam, diam dengan tangismu
kau akan menyongsong jejak kelammu tanpa ku
tanpa kasih ku yang menyinari gelapmu
selamat jalan dan selamat celaka
untukmu dan kebahagiaanmu
deritaku yang mencercamu dalam sedih
-----------------------------------------------------------------
14.07.2011
reruntuhan yang kini hanya tinggal puing-puing nya itu mulai merapuh dan bahkan telah menjadi bubuk-bubuk yang bisa hilang di sentuh air, dan bisa lenyap saat mulai menyatu dengan tanah. hidup ini di sangka ada karena menyatunya dengan kehidupan, begitu juga rasa yang terasa indah saat kasih itu ada dalam perasaan, tidak luput juga dengan kata cinta dan sahabat, yang tidak ada apa-apanya tanpa adanya percintaan dan persahabatan. semua kata tanpa ada awalan dan akhiran belum bisa dikatakan bermakna dan indah, begitu juga kehidupan yang sesunggguhnya, tanpa bermula dari pertemuan dan perpisahan, juga tanpa ada rentetan konflik dan benang merah sebagai penemu celah yang mulai redup, bak bianglala yang hilang ditelan kemelut hitamnya awan dipenghujung senja yang akan menyapu kegersangan  tanah yang tanggung-tanggung basah oleh gerimis sebelumny, maka hidup ini akan hampa….
kini langkah-langkahku mulai gontai saat memasuki dunia yang sebenarnya, seolah tak bertemu ujung jari ini dengan tanah yang ku pijak tanpa alas kaki yang membalutnya.
badan yang gemetar ku bawa mengiringi kegontaian langkah, hingga ku rasa badan tak rasa badan saat ingat janji atas hidup yang telah mulai ku ingkari..
-----------------------------------------------------------------
                                                                      14.07.2011_22.58  
Rakyatmu..dukamu..

masih ingat tentang kejujuran?....
yang dulu mengalir di jiwa kita !!
membalut hati dengan segala kemuliannya,
saat bisikan astafirullah masih menggema,
seketika secuil kekilafan menghadang,
bunda kini meneteskan airmata:
dan tanah beta mulai tersiksa dan luka.
karena kejujuran tak lagi membalut jiwa
bak janji yang tinggal janji
bak kata yang tinggal kata
kinin kata merdeka, membuat rakyat meneteskan airmata..
-----------------------------------------------------------------
                    14.07.2011_23.03

Titik demi titik
Oleh: desi nurmala sari

tik….tik….tik….tik..
titik: detik kegalauan yang ku  bawa
titik: detik kesakitan yang ku rasa
miris kau bawa diam tanyaku
perih kau lukai aku tanpa goresan
tidak katakan tidak
iya katakan iya
jangan kau hadang aku dengan ragumu
-----------------------------------------------------------------
                                        14.07.2011_23.09
Siapa yang bisa

          siapa bisa menyangka, dan menduga
          kehangatan mentari bisa hilang seketika
keindahan purnama bisa lenyap sekejap
tetesan embun mulai mengering pada waktunya
bila rasaku terus kau pertanyakan,
izinkan ku menjawab dengan kata cinta
          rindu yang selalu ku untai
          memang belum sempat diterbangkan angin
tapi percayalah:, syahdu cintaku
          akan mengikat jiwamu
          mejelma dalam wujudmu
          selalu menjadi inginmu
-----------------------------------------------------------------
                                        15.07.2011_00.47
pelita, pelita malam

penuhi sesak jagat raya
dengan teriakan merdeka
pada masanya kita inginkan
kini bila ingin telah terpenuhi
kewajiban tinggal kata
janji mulai musnah
disambut air mata resah
pulang…..
pulang dalam malu
datang…..
datang dengan ragu
untuk apa?
jika hanya menyisakan luka
-----------------------------------------------------------------
                                                                      15.07.2011_00.50
misteri sebuah doa, misteri nya kata
sujudku, dalam wajib yang nyata
mungkin juga iringan air mata dalam do’a
banyak kesalahan yang pernah diperbuat
banyak tingkah yang kadang diluar batas
menyesakkan hatiku dengan penyesalan
bulan ini, bulan suci..
bulan penuh dengan keindahan
yang tak akan bisa dipertanyakan
aku yang masih kotor akan dosa
berimbah air mata dalam do’a
sujudku belum lengkap,
tuhan ku.. ambil aku dari gelapmu
-----------------------------------------------------------------
                                                  15.07.2011_18.13

aku bukan bayanganmu

setiap jejak kau ungkap hadirku
tanya itu kau inginkan jawabku
kata demi kata yang mengusung rinduku
harapanku belum usai
jalan cinta yang dulunya padang ilalang
simpang tabu akan rindu
aku mengikutimu bukan untuk tanya
aku ini siapa dan inginku apa?
ku ingin kau lepas inginmu
agar aku tak lagi jadi bayanganmu
yang tak bisa menyentuh sedihmu
saat air mata itu menetes
 ----------------------------------------------------------------
                              15.07.2011_18.34
Biarlah keheningan malam berubah menjadi  kepiluan
Terkadang embun tak lagi menjadi kesejukan
Amarah telah membara  bagaikan kobaran api
meleleh ibarat lahar gunung api
yang turun penuh emosi, mengejar lerengnya
aku akan tetap jadi ganbar dalam bingkaimu
yang belum usai karena waktu
-----------------------------------------------------------------
                                                                      15.07.2011_18.14
jalanku
aku yang tahu apa yang ku rasakan, dan betapa besarnya rasa sayang yang ku miliki ini untuk mu, namun begitu rasa sayang yang ada untukmu belum bisa menandingi betapa besarnya kasih dan sayang ku pada orantua ku bahkan memang tidak bisa tertandingi olehmu, karena memang tak layal untuk diperbandingkan.
aku ada di sini, dan bahkan bisa mengenalmu bukan semata-mata karena rasa sayang ini untukmu, tapi jauh sebelum kutahu siapa dirimu, aku di sini karena orang tua ku, yang memberikan segenap tanggung jawab di bahu ku yang akan selalu ku sandang hingga kebahagian yang cerah itu datang, sampai saatnya aku bisa membahagiakan orangtua ku dan menjadi ank yang bisa mewujudkan serpihan harapan orang tua ku yang paling ku sayang, karena dialah aku ada di sini dengan maksud untuk melanjutkan pendidikan dan bertujuan tuk melepas ingin yang pernah ada dalam jiwa orang tua ku.
-----------------------------------------------------------------
                                                                                15.07.2011_18.35

pelita yang tidak akan pernah padam

tidak perlu aku diajarkan bagaimana mengobati luka yang tidak seberapa ini, membersihkan darah yang dulunya adalah minumanku sendiri, menjahit robekan yang dulunya selalu menjadi kesakitan yang berkepanjangan dalam hatiku.
bila melewati terowongan yang gelap ini kau terdiam dan kaku serta merasakan takut, maka tidak dengan aku yang merasa ini adalah jalan teraman yang akan secepat mungkin ku lewati.
-----------------------------------------------------------------
                    15.07.2011_18.39

satu jiwa, sepuluh jari, untuk sejuta harapan

bila kau menganggap ku hanyalah sebatas seonggok debu, maka biarkan aku memperlihatkan kepadamu bahwa di dalam oggokan itulah ada sedikit celah yang bisa menembus sukma mu bahwa aku ini adalah serpiha, dari pecahan kaca yang kini telah menguntai
-----------------------------------------------------------------
                                                                                          15.07.2011_18.43

sunggung indah mentari pagi yang baru muncul dari ersmbunyiannya itu, hadir di sela-sela ranting pohon besar yang seolah menutupi bukit kecil dibelakangnya yang agak berubah warna saat mentari mmuncul dari belakangnya. bunyi air terjun yang tidak jauh dari tempat ini mulai memanjakan pendengaran. bisa nyaman di sini dengan polusi udara yang jauh…
-----------------------------------------------------------------
                                        15/07.2011_18.45

udara malm yang dingin
menembus kulit hingga tulangku
tubuh ini bergetar luar biasa
saat angin menerpa serasa berbisik

          pulanglah………
          kembalilah……………
          jauhi……………………………

rintisan pilu ibundaku
saat ku terjaga dan hilang
ia meraung berlimbah tangisan pilu
hanya jasadku yang terbujur kaku
-----------------------------------------------------------------
                    15.07.2011_18.46

Saat aq melangkah dipagi hari tertuju pada satu sosok dalam pikiranku,,,,
Kau guruku,,,,
penerang gelapnya pola pikirku,,,
kau rangkai sejuta cara agar aq bisa membaca …
Kau minculkan sekian banyak taktikagar aku bisa berhitung..
Guru…..
Guru satu kata untukmu aku mengagumimu…..
 dan suatu saat nanti bila aku dewasa aku ingin sepertimu……
bukan kecerdasan yang kau berikan, tapi kau memberi ilmu untuk aku menjadi cerdas…….
musim yang silih berganti untuk datang, membawa warna tersendiri dalam kemelut hidupku
panas sinar matahari di ketinggian yang membakar tepat ke arah kulit kepala
akan ku hadang hingga takdir mempertemukan kita
jejakmu yang pernah hilang disapu hujan dan badai 
akan ku jejaki dengan sayapku yang mulai patah dan rapuh
untuk mengejar waktu yang belum sempat ku jadikan kesempatan
untuk sebuah kata maaf yang pernah tertunda untuk ku ucapkan
21.07.2011_11.02
-----------------------------------------------------------------
bukan siapa-siapa
bukan siapa-siapa yang ku ajak bercakap di pagi yang mulai usang ini, aku hanya ingin bersilat lidah dipenghujung hilangnya embun pagi…
lentera yang kau padamkan di usai subuh sebelum robekan kecil di ujung bajuku mulai menggoreskan perih di lubuk hatiku_
bukan siapa-siapa, dan bukan pula mengenai mereka yang tak ku kenal
aku … kini aku yang berkata
“jangan kau tanya, perihal masalah kelabu ditengah malam..”
semuanya begitu suram, dan samar-samar dalam ingatanku, mula kau tatap aku dengan marahmu yang belum kunjung usai, meski aku terdiam hina di ujung kata kasarmu
saat aku meronta dalam tangisku: jelang kokok ayam terdengar, kau semakin kasar padaku
pelukmu dalam teriakanku yang panjang, masih belum usai membunuh marahmu
jangan mulai lagi untuk bertanya, sedangkan tanya ku belum terjawab oleh mu
jari-jari ini yang menghantarkan mu terlelap semalam
saat kau mulai menutup jendela di gelapnya malam
kau tak meliahat siapa yang kau sangka
saat bulan penuh dalam jejak menyambut ramadhan
kau masih panahkan telunjukmu untuk menghinaku
disaat gelap itu dan semua kesucian datang kau nadai rasaku
dia bukan siapa-siapa
-----------------------------------------------------------------
21.07.2011_11.49
mulanya yang akan berakhir
kau kenalkan hatiku kembali denagn rasa sayang
namun kau pula yang menyakiti rasaku ini
aku yang gila akan rasa sayangmu
kini kau juga yang terluka oleh rsamu
kau yang buat hatiku hidup dengan kehadiranmu
kini kau pula yang membuat hatiku mati dengan caramu
kau yang bermula mengenalkanku dengan semua kemewahan dan pendidikan yang tinggi ini
kini….
kini kau berhak merenggutnya kembali
dan biarkan aku………
kembali pulang……..
pulang ke tempatku yang semula
ina jahek.. 20.50
ina jahek, tak menenu kata itu terucap
saat kaki ini belum sempat mengejar banyang dikesorean hari
bermula sebelum aku sempat mencuci muka dan mandi sebelum mentari terbenam
ina jahe,, itu teriakn ku yang ke sekian kalnya
saat mata belum sempat terbuka meski merdu azan tlh berkmndag
ahh… aku bosan, tapi tetap ingin mengucapkannya
mulai dari sekedar berbisik, hingga aku teriakan
sapa boleh pungkri, saat it aku tengah emosi
jangankn bertnya karena apa
bila ada saja yg mntp ku saat itu, akun ku cincag dia
-----------------------------------------------------------------
07.08.2011_15.25
kabut di malam ramadhan

di dalam tempat yang suci itu,
telah menyempit hati yang belum damai
samar-samar telah ku lihat rona yang belum pernah bercahaya
hingga azan yang berkumandang kau tepis
rintihn demi rintihan tangis akan rasa lapar
seolah baru saja beberapa jam saja
telah mampu menggerogoti imanmu,
kau biarkan pupus hingga merasa telah memiliki tahta nalurimu
lupakah insan tentang kesucian hati
lemahkah insan tentang ikhlas yang abadi
atau
miskinkah insan dengan masa indh untuk sorga_nYa nanti
-------------------------------------------------------------
                                        20.44
butuh berapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun
untuk aku, agar bisa mengenalmu
mengetahui celah yang mulai kau tutup rapat
detik_ pulangkan tawaku
menit_kembalikan mimpiku
jam_berhenti mengingatkanku
hari_lupakan kenanganku
minggu_hadang semua rinduku
bulan_berhenti membuatku bertahan
dalam luka, antara kenyataan dan perasaanku
dan  untuk tahun_ku diam, karena tak sampai padamu
hitungan bulan telah hentikan semuanya
-----------------------------------------------------------------
                    15.07.2011_18.33

menyimpang kah rasa ini
dari kodrtnya yang hakiki
bila mata tak menemukan arah
jiwa akan melekat dalam kecewa
aku hanya bagaikan secuil pasir
seonggok debu yang dikalahkan api
-----------------------------------------------------------------
jauh dari sebalik puncak bukit
aku mendaki menjadi jejakmu
angin ikut pula menepisnya
hingga aku terpuruk jauh
saat aku terdiam
angin pula yang membawa kabar
dari balik bukit aku dengarkan
kau tak lagi sendiri
saat aku inin bertanya
api telah terlebih dahulu membakar hatiku
-----------------------------------------------------------------
18.08.2011_20.16
akhir semuanya

akhir dari semuanya
menuai cerita yang telah berakhir
meski masih ada serpihan rasa
seketika semua terasa hening
kau anggap aku api yang membakarmu
tapi kau lupa
bahwa arang itu aku, dan kau lah abu
-----------------------------------------------------------------
                              20.38
langah kecil yang tak sampai

rapat, sempit, hampa, dingin, gelap.. telah mulai menghadang
bibit padi yang belum sempat ku tanam, telah kau masak
genggaman tanganmu: hampir membunuh langkahku
pelukanmu: meracuni pikiranku
langkahku terhadang kerikil tajam
darahnya belum kering, dan kau:
kembali menggoreskan luka ditempat yang sama
mungkin hati telah penuh, hingga yang masih sakit, kau sakiti.
belum kering kecupan semalam
kini telah ku basahi dengan air mata ini
langkah kecilku belum sampai, saat aku terluka
-----------------------------------------------------------------
setiap saat aku terbawa imajinasi
mencoba merangkai
satu persatu huruf dalam kata
mengikat kata pada larik dan bait
mulai dari curahan hati
hingga fakta pasti
yang ku semukan dalam majas
-----------------------------------------------------------------  
Kau dan Egomu

Kau pikir siapa dirimu
Bisa mempermainkan hatinya
Bahkan kau melukai perasaannya
Tak adakah sebuah perasaan dalam hatimu
Hingga kau tega hancurkan harapnya
Membunuh rasa dan impiannya
Bila kau tak ingin ada tuk dirinya
Lebih baik kau coba tuk berkata apa adnya
Katakan… katakan saja semuanya
Agar dirinya tak lage terluka
Terluka karna semua kebohonganmu
Juga karna cintamu yang tak pasti tuk dirinya
Cintamu yang selama ini ada tapi ntah tuk siapa
Begitu banyak pertimbangan yang ada
Hingga kau mengabaikan sebuah rasa
Kau pikir pantaskah kau membuatnya terluka
Terluka karna cinta dan egomu
Yang selalu menutupi rasa dalam jiwamu
Hingga kau menjadi manusia yang tak punya rasa
-----------------------------------------------------------------
Sesal ini Adalah Sepiku

Ku tahu ku telah melukaimu
Ku juga yang telah hancurkan harapmu
Kini ku hadir bukan tuk mengusikmu
Ku hanya ingin tahu kabarmu
Meski itu semua tak pantas lagi bagimu
Ku hanya ingin kau tahu
Betapa ku sangat merindukanmu
Ku merasa sepi saat ini
Ku rindu senyummu saat ku bersedih
Ku rindu suaramu saat ku merasa sepi
Ku rindu semangat darimu saat ku putus asa
Ku benar-benar sangat merasakan kehilangan
Saat kau tak lagi menemaniku
Saat kau tak ada lagi disampingku
Kini sepi menemaniku
Dalam rasa sesal yang tak kunjung usai
Ku yakin sepi ini tak kan abadi
Mungkin kata maaf ku tak berarti bagimu
Ku menyesal telah berfikir bisa hidup tanpamu
Ternyata ku tak sekuat itu tuk hidup tanpamu
Kini hanya sesal yang mampu menyelimuti hatiku
Dan sepi yang menemani hari ku tanpamu
-----------------------------------------------------------------
rentan waktu itu tidaklah lama
dimulai dari saat kita bertemu dan kemudian berpisah
ketika canda menghadirkan tawa diantara kita
kau tersenyum dan memelukku erat
seakan tak pernah mengizinkan waktu membawaku
ketika setiap musim berganti: aku terdiam
aku mengingat ketika tawa telah terhenti
-----------------------------------------------------------------
Apa mau mu

Aku adalah aku
Aku tak mungkin seperti yang kau mau
Biarkan aku dengan jalanku
Jangan pernah lagi kau ikut campur
Ku tidak butuh lagi perhatianmu
Yang hanya menyakitkanku
Pergilah.. pergi
Jangan pernah lagi ganggu aku
Sadarkah kamu
Kau telah menyakiti aku dan dia
Meski tak pernah kau duga
Tapi jika ia tahu
Mungkin perasaannya akan hancur
Sehancur  aku saat kau permainkan
Belum puaskah kau dengan semua ini
Hingga lembaran baru ku
Tetap ingin kau hiasi
Dengan semua kelakuanmu saat ini
-----------------------------------------------------------------
Berubahnya negeriku

Negeri ini adalah negeri hukum
Tempat para rakyat jelata disiksa
Negeri ini katanya punya keadilan
Yang hanya melandasi mereka yang kaya
hukum yang ada
hanya bagian dari politik
mereka-mereka yang berkuasa
tapi bagi kami rakyat jelata
hukum adalah landasan
untuk dijalankan yang bersalah
untuk dijadikan patokan
bagi kami yang ingin mencari kebenaran
tapi sangatlah disayangkan
kini hukum telah bisa dipermainkan
hukum telah salah jalan
hukum tak lagi mengayomi kami
rakyat yang lemah ini
tapi diperbudak oleh mereka yang berkuasa
keadilan telah lenyap
hingga hanya menyisakan
luka bagi kami rayat jelata
yang tak pernah paham
dengan permainan mereka semua
kini negeriku telah berubah
-----------------------------------------------------------------
biar ku tatap langit
saat senja mulai menyapa
ku lepas smua yang menggnjal dijiwa
ku tepis semua rasa bersalah
ku ingin smua masalah meninggakanku
bagai senja yang akan hilang
meski sejenak pada saat malam datang
ku kan tersenyum dengan penuh kepuasan
-----------------------------------------------------------------
bila waktu itu datang

ku jatuh pada saatnya
saat waktu itu datang
          bila aku berada di tepi sungai
          alirannyaakan menghanyutkanku
          serta membawa ku pergi
bila ku berada di tepi jurang
curam…
maka kecuramannya membawaku jatuh
hingga kedasarnya
          saat waktu itu tiba
dan aku berada di tengah padang pasir
gersang….
ku tak bisa katakan tidak
saat angin mulai datang
dan akan segera menghembusku
bersama buturan pasir
ke tempat yang tak menentu
sampai pada titik akhirnya
-----------------------------------------------------------------
bisik hati pada jiwa
seakan darah tak punya tempat tuk mengalir, detak jantung ditahan­- sementara saja….
puing dari palung hati yang rapuh, kini enggan mengikis paru..
ku dilumat mainan rindu, padamu ibu……….
-----------------------------------------------------------------
buka mata saat fajar menjelma
jadi kehangatan yang indah
hati yang ku tutup rapat
menuai kisah yang rusuh
tak sempat ku lepas dalam langkah
saat aku meninggalkanmu
-----------------------------------------------------------------
bukan aku yang meronta-ronta
tapi hatiku ini yang ingin berkata
          “ rindu ini belum usai kasih “
-----------------------------------------------------------------
bunga luka yang ada
bukan saat tersenyum, air mata ditahan
          lepas amarah
          jejaki arah
          tatapan hancur
          akan ketidak berdayaan
Sayang……………………….
Rindu……………………………….
Setia……………………………………….
Benci………………………………………………
Dibenci  dan membenci
Dusta………………………………………………………
Didustai dan mendustai
Semua rasa yang ada itu bohong
Saat semua itu hadir
Dalam ketulusan yang telah hilang
Dalam mimpi yang tak nyata
Dalam harap yang tak pasti
Saat semua rasa menjadi abadi
Perasaan tulus datang dengan sendirinya
Membawa bahagia
Ynag mengalah adalah derita tanpa
Benci  dan dusta
-----------------------------------------------------------------
Biarlah angin malam berlalu dengan indanya..
membawa kesejukan tersendiri saat kegelapn malam
menyejukan hati  insan yang penuh dengan kebencian
benci akan rasa yang telah mempermainkannya
meski hati terluka senyuman ini tak  akan pudar
biarlah malam ini menjadi kegelapan hati yang membenci
sesaat sebelum mata hati terpejam dalm kegelisahan
terpaku ku dalam tangisan pilu
merintis ku dalam rasa sakit ini
membenci dalam dendam
melupkan segalanya dengan sebuah perasaan
kehadiran ku yang terpaku dalam
luka
dendam
benci
kecewa
menderita
serta merasa bersalah
saat ku mengetahui segalanya
biarlah ku membenci dalam sepi
dalam bahagia dirimu dan deritaku
-----------------------------------------------------------------
Dalam diamku
Tak pernah terpikir olehku
Bahwa ia akan kembali
Membawakan luka lama
Yang  tlah tersusun rapi
Di dalam hatiku ini
          Terdiamku untuk kesekian kalinya
          Saat pertanyaan mulai menujuku
Tak ada niat untuk menjawabnya
Aku berdiri seolah badan ku
Tengah berada dalam lumpur hidup
Yang akan mematikanku
Hanya dngan sedikit gerakan
          Ku sadar bila bibir  ini bergetar
Mengucapkan sedikit kata
Akan ada yang terluka
Saat itu pula
diriku ini akan kehilangn
Sebuah permata jiwa
Yang bersinar indah
Dalam kediamanku menatapnya
-----------------------------------------------------------------
debu itu masih melekat
saat aku menyadari
aku bukan lagi
sesuatu yang terindah

          belum lengkap rasanya
          jiwa ini tanpa tangisku
          masih resah dan galau hatiku
          saat canda tawa menepis di bibir

baru ku bisa mengerti
saat ku berkaca dimatamu
ingin menghembuskan nafas terakhir
saat ku tahu
aku ini serpihan air matamu
-----------------------------------------------------------------
Detik


Menuai jejak yang tak terlihat
Menggenggam pasir yang basah
Mengukir

diam

?
          ?
                    ?
kupenuhi pikiran dengan ?
kepastian tak kunjug datang
lepas dalam kebingungan ini
ku temukan arah angin
membawa kesejukan
dan aku pun terdiam
Diammu luka ku

Tak ada sedikitpun inginmu
Tuk bicara padaku kasih
Hingga kau selalu membisu
Dalam senyummu



Apa salahku
Ada apa dengan dirimu
Mengapa kau terdiam
Saat ku ingin sebuah kata darimu

Diammu jadikan sepi
Dalam alunan kebahagianku
Kau hancurkan mimpi ini
Dengan diamu yang melukaiku
-----------------------------------------------------------------
dibalik senyum ku


Butiran tasbih mencoba memengkal
Satu kalimat syahdu yang gemerlap
Rembulan malam jadi saksi
Tumpuan kasih yang merangkai arti

Dibalik tirai ku memandang
Menembus aura mu
Meski dari kesamaran rasa
Menjadi luka yang merobek jiwa
-----------------------------------------------------------------
dibalik senyum ini

Ku rangkai sejuta kisah
Meramu asa dalam tawa
Memejamkan mata
Terluka dan meneteskan air mata
Dirimu tak tergantikan
-----------------------------------------------------------------
kasih
Lambaian tanganmu
Masih membekas dalam ingatanku
Juga senyuman itu
Yang selalu membuatku luluh
Cinta
Kata indahmu
Masih terukir dihatiku
Warna pelangi
Tak bisa menandingi warna hidupku
Bila berada di sampingmu
Sejuknya embun
Tak akan bisa menyejukkan hatiku
Sesejuk aliran kasihmu
embun pagi di tepi mulut daun
akan menetes
akan bersatu dengan tanah
-----------------------------------------------------------------
hanya tuhan yang tahu inginku atas hidupmu
meski ada luka…………………………
ada airmata yang selalu mengiringi cerita kita
          tuhan yang lebih tahu
                    siapa aku…
                    apa inginku…
                    mengapa aku..
mampu di sampingmu       
-----------------------------------------------------------------
hidup

Tujuan hidup yang sebenarnya
Hanyalah mencapai bahagia
Tapi terkadang
Cara dan jalan
Menjadi berbeda
Mengapa menjadi demikian?
Tanya hati dalam diam
Bukalah pikiran dengan jernih
Renungkan para saudaraku
Saat jalan hidup menjadi sebuah pilihan
Menang atau kalah
Miskin atau kaya
Menyerang atau diserang
Hidup ini permainan kawan….
Berusalahlah menjadi yang terbaik
Dapatkanlah kebahagianmu
Memang diatas jalanmu
-----------------------------------------------------------------
Ini hanyalah mimpi

Cinta menyatu dalam jiwa
Diwarnai dengan canda dan tawa
Senyummu…
Tatapanmu….
Caramu pada ku
Akan menjadi rahasia hati ini
Ku simpan selamanya
Ku kubur abadi dalam hati
Hingga langkahku terhenti
Samapi nafas tak ada lagi
Karna semua ini
Hanya mimpi yang tak pasti
-----------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar